Safira berdiri di depan cermin. Gaun berwarna lembut sudah melekat anggun di tubuhnya. Potongannya sederhana, tidak terlalu mencolok, tetapi bahan dan detail halus di pergelangan lengan membuatnya tetap berkelas. Ia merapikan hijab yang senada, memastikan setiap sisi tertata rapi. Riasannya tipis, cukup menonjolkan mata dan senyum kecil di bibir, meskipun hatinya belum benar-benar tenang. Adrian masuk ke kamar tanpa banyak suara. Jas hitamnya sudah terpasang rapi, kancing depannya tertutup, dasi senada. Ia hanya sempat memandang Safira sebentar lewat pantulan cermin, lalu mengambil jam tangan di atas meja. “Kita berangkat sekarang,” katanya singkat. Safira mengangguk. Ia mengambil tas kecil yang sudah disiapkan, memeriksa ponsel sekilas, lalu mematikan layar. Mereka berjalan keluar kama

