Nab 195

1915 Kata

Setelah dari kantor Adrian, Wijaya singgah ke rumah Adrian dan Safira. Ia harus segera memberitahu Safira perihal kemungkinan-kemungkinan yang menurutnya Adrian sudah mengetahui sesuatu. Mobil berhenti di depan gerbang rumah yang tampak tenang dari luar. Wijaya menarik napas dalam-dalam sebelum turun. Ia menyuruh sopirnya menunggu di mobil. Langkahnya terasa berat saat mendekati pintu utama. Setelah bel ditekan, Safira muncul beberapa detik kemudian. Rambutnya diikat sederhana, wajahnya terlihat lelah, seperti seseorang yang tidak tidur cukup sejak lama. “Papa?” ucapnya terkejut. “Ada apa Papa tumben ke sini?” “Aku memang ingin bicara dengan kamu.” jawab Wijaya dengan suara pelan. Safira mengangguk dan mempersilakannya masuk. Mereka berjalan menuju ruang tamu. Pelayan menawarkan minum,

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN