Bab 110

2508 Kata

Mobil hitam itu berhenti perlahan di depan sebuah restoran berarsitektur modern klasik. Dinding kaca besar memantulkan cahaya lampu, dan di baliknya tampak meja-meja makan yang sudah ditata rapi. Nama restoran itu terpampang elegan di atas pintu, La Meridia, tempat yang pernah Adrian lewati berkali-kali, karena jaraknya hanya beberapa blok dari apartemen lamanya. Apartemen yang kini hanya menjadi sisa kenangan yang ingin ia kubur dalam-dalam. Adrian memandangi papan nama restoran itu cukup lama sebelum keluar. Rahangnya menegang. Ia tahu, Dharma sengaja memilih tempat ini. Tidak ada yang benar-benar kebetulan kalau sudah melibatkan ayahnya. “Mas?” suara Safira memecah lamunannya. Ia sudah turun lebih dulu, berdiri di sisi mobil, menunggu sambil memegang tas tangan kecil. Gamis berwarna

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN