Alma membeku. Pertanyaan itu melayang di udara tanpa penjelasan, tapi bobotnya jatuh tepat di dadanya, menghentikan napasnya sesaat. “Mama?” ulangnya pelan. Tapi, suaranya seperti retak di ujung, seperti ia sendiri takut dengan kemungkinan yang tersembunyi di kata itu. Ia harus memastikan dirinya tidak salah dengar. Adrian tidak langsung menjawab. Wajahnya tetap tenang, tapi tatapannya… stabil, nyaris tak berkedip, menelusup seperti sedang mengukur setiap denyut reaksi putrinya. Keheningan di antara mereka terasa padat, bukan kosong, seakan ia sengaja membiarkan Alma bergulat dengan pertanyaannya sendiri sebelum memberinya pintu keluar. “Papa…” Alma menarik napas dalam-dalam. Napasnya terasa berat. Kata-katanya sudah mengumpul di ujung lidah, tapi selalu lolos setiap kali ia mencoba men

