Malam itu hening menyelimuti rumah Adrian dan Safira. Lampu di ruang keluarga meredup, hanya menyisakan sorot hangat dari lampu lantai di samping sofa. Adrian sedang membaca jurnal medis tebal, sementara Safira terlihat sibuk dengan tabletnya, sesekali menghela napas panjang yang terdengar jelas di keheningan. Namun, Adrian tahu, keheningan ini hanyalah jeda sebelum sebuah percakapan penting yang sudah lama mengambang di udara. Safira menutup tabletnya, meletakkannya dengan gerakan yang disengaja di meja kopi. Ia menoleh perlahan ke arah Adrian. “Mas,” panggilnya lembut. Adrian menutup jurnalnya, menandai halaman terakhir yang ia baca. Ia meletakkannya di sampingnya. Ia bisa merasakan ketegasan dan sedikit kegugupan dalam panggilan Safira. “Ya?” jawab Adrian. Safira menarik napas panj

