Bab 145

2297 Kata

Udara di ruang perawatan terasa sejuk, namun keheningan yang melingkupi ruangan itu justru menambah tekanan di d.a.da Adrian. Suara mesin monitor detak jantung terdengar ritmis, menandakan kondisi Safira stabil. Di kursi dekat ranjang, Wijaya duduk dengan wajah lega, meski matanya masih menunjukkan bekas kelelahan. Ratna berdiri di sisi ranjang, membetulkan selimut Safira yang masih belum sadar sepenuhnya setelah pemeriksaan dokter. Dharma berdiri di dekat jendela, menatap ke luar dengan tangan terlipat di d.a.da. Adrian berdiri di antara mereka, tubuhnya tampak tegang. Dari luar, ia tampak seperti suami yang penuh tanggung jawab, tapi di balik tatapan matanya, pikirannya berputar jauh ke tempat lain. Ia menatap jam di pergelangan tangannya, lalu menghela napas. “Aku ke kantor sebentar,”

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN