Ardha tampak terkejut mendengar jawaban itu, tapi ia berusaha menahan diri. “Aku paham kalau kamu masih marah. Tapi, aku hanya ingin kita bisa... setidaknya, saling menghormati.” Sienna mendekat, mengambil kantong buah dan mangkuk bubur dari meja. “Terima kasih untuk ini. Tapi aku pikir lebih baik kamu pergi sekarang, Ardha. Aku butuh istirahat.” Sebelum Ardha sempat merespons, pintu kamar terbuka, dan Shindy keluar dengan senyuman lebar di wajahnya. “Oh, ternyata benar kamu, Ardha! Lama nggak lihat,” ucap Shindy dengan nada ceria namun penuh sindiran. Ardha tampak terkejut melihat Shindy di sana. Wajahnya berubah canggung, menyadari bahwa kunjungannya tidak berjalan seperti yang ia rencanakan. “Aku pamit, kalau begitu,” ucap Ardha sambil berdiri. Sienna mengangguk tanpa berkata apa-a