08 - MY MARRIAGE & YOUNG MAN

2023 Kata
MMYM.08 PERJALANAN BISNIS KE TOKYO (4) Hari keempat… Sudah empat hari aku berada di Tokyo. Hari pertama, aku datang ke Maxwell Inc untuk menandatangani kerja sama perusahaan PL Technology dengan Maxwell Inc. Hari kedua aku menghadiri acara peluncuran aplikasi ChatTime yang merupakan aplikasi besutan dari anak perusahaan Maxwell Inc pada malam hari. Hari ketiga aku melakukan kunjungan bersama beberapa orang staff Maxwell Inc ke Miraikan (National Museum of Emerging Science and Innovation) di Odaiba, Tokyo. Dan malam ini aku akan menghadiri acara ulang tahun Tuan Osvald Maxwell, pemilik dan pendiri perusahaan Maxwell Inc.  Tujuanku datang tidak hanya untuk menghadiri acara ulang tahun, tapi juga ingin mengenal Tuan Osvald Maxwell sebagai pemilik perusahaan yang berkeja sama denganku. Aku ingin menjalin kerja sama yang baik dengan semua perusahaan rekanan PL Technology. Dari awal mengenal Maxwell Inc, orang yang selalu bertemu denganku adalah Tuan Hiroshi yang merupakan General Manager Maxwell Inc. Aku belum mengenal secara langsung pemiliknya dan juga Wakil Presiden Senior Maxwell Inc yang akan menangani proyek kerja sama denganku nanti. Aku berharap malam ini aku akan bertemu dengan orang-orang ingin aku temui. “Direktur Lea, hari ini ingin memakai baju apa ke acara ulang tahun Tuan Osvald Maxwell?” Sandra Tan bertanya padaku saat ia tengah menyiapkan berbagai keperluanku. Aku terdiam dan mengingat baju apa saja yang telah aku siapkan untuk seminggu perjalanan. Namun tak ada satu pun pakaian yang menurutku cocok untuk dibawa ke acara ulang tahun nanti malam. Hampir semua isi koperku adalah baju kerja dengan blazer dan satu dress yang telah aku pakai di acara peluncuran aplikasi ChatTime dua hari yang lalu. “Aku rasa tidak ada pakaianku yang bisa dibawa untuk acara nanti malam.” “Lalu bagaimana Direktur Lea pergi malam ini? Direktur Lea tidak mungkin memakai blazer seperti pergi ke kantor.” “Sebentar lagi kita akan pergi belanja.” Mendengar ucapanku, Sandra Tan seolah mendapatkan pencerahan. Sepertinya ia sangat ingin pergi berbelanja. “Benarkah, Direktur?” “Ya, kita akan pergi berbelanja nanti. Aku juga ingin membeli beberapa pakaian musim dingin. Bukankah besok kita juga akan ikut perjalanan Maxwell Inc untuk menghadiri Iwate Snow Festival? Saat di Singapore kemarin aku hanya membeli satu long coat. Aku juga membutuhkan beberapa pakaian musim dingin lainnya. Aku tidak ingin membeku saat melihat festival salju itu.” “Baiklah. Kalau begitu aku akan menemani Direktur berbelanja.” Aku tersenyum pada Sandra Tan, “Jangan hanya menemaniku. Kamu juga harus belanja. Kita belum tahu kapan akan kembali ke Tokyo ini.” “Terima kasih banyak, Direktur Lea.” **** Ginza adalah salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal di Tokyo, Jepang. Dari barang fashion mewah hingga yang murah, semua bisa ditemukan di Ginza. Aku dan Sandra Tan pergi ke Ginza dengan menggunakan kereta dari stasiun terdekat hotel dimana kami menginap dan turun di Stasiun Ginza. Dari stasiun kami berjalan kaki sampai ke Chuo Dori dan berbagai area di Ginza. Kawasan Ginza dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi. Aku juga melihat bangunan-bangunan tinggi bergaya Eropa, mall dan juga butik elite lainnya. Gedung tersebut banyak yang menjadi toko fashion brand terkenal dunia seperti Gucci, Swarovski, Hermes, Louis Vuitton, Armani, Christian Dior dan masih banyak lagi. Karena hari ini adalah hari Minggu, sepanjang jalan Ginza bebas dari kendaraan atau car free day.  Aku dan Sandra Tan memasuki toko-toko fashion itu satu-persatu membeli beberapa barang dan pakaian yang aku butuhkan dan aku sukai, termasuk membeli dress untuk menghadiri acara nanti malam. Tidak hanya membeli barang fashion untukku, tapi aku juga membelikan untuk Sandra Tan dan juga sebuah kado untuk Tuan Osvald Maxwell yang berulang tahun hari ini. Tidak lupa, aku juga membeli beberapa pakaian musim dingin untuk pergi menghadiri festival salju esok hari. Setelah membeli beberapa barang fashion yang aku dan Sandra Tan butuhkan, kami berdua pun melanjutkannya dengan berjalan-jalan di kawasan Ginza sambil melihat-lihat di toko lain. Kami juga mampir di Gedung Shiseido, sebuah geduyng yang menjual kosmetik dan perawatan tubuh yang sudah tidak diragukan lagi kwalitasnya. Kemudian kami juga mampir dan berbelanja di salah satu butik brand yang telah memiliki outlet di berbagai belahan dunia yaitu Uniqlo. Uniqlo di Ginza ini terdiri dari 12 lantai dan merupakan toko Uniqlo terbesar dunia. Meski tidak banyak barang yang kami beli, setidaknya aku dan Sadra Tan merasa senang dengan berjalan-jalan di Ginza yang cukup unik ini. Karena saat ini car free day, maka jalanan besar Ginza penuh dengan pengunjung dan wisatawan.  Selain itu banyak pertunjukkan di sepanjang jalan ini, seperti sulap, ada komunitas anjing dan acara lainnya yang membuat orang-orang berkumpul menjadi momen sore di Ginza terasa mewah namun tetap manis untuk dinikmati. Rasanya sudah sangat lama aku tidak menikmati moment seperti ini. Aku dan Sandra Tan pun juga menyempatkan diri untuk berfoto dan menikmati menara jam Hattori. Gedung dan menara ini dibangun oleh Kintaro Hattori yang merupakan pendiri perusahaan jam Seiko. Saat aku dan Sandra Tan tengah berjalan santai sambil menikmati suasana Ginza di sore hari, aku kembali melihat dua orang pria yang beberapa hari terakhir bertemu denganku. Ia adalah pria yang beberapa hari yang lalu memperkenalkan dirinya dengan nama Nichol dan juga seorang temannya yang kemarin bersamanya di Miraikan. Aku melihat mereka berdua turun dari sebuah mobil sport dan memasuki salah satu butik mewah yang ada di pinggir jalan, tepatnya di seberang jalan dimana aku dan Sandra Tan berjalan. Aku yang melihatnya sepintas tidak berniat untuk menyapa atau yang lainnya. Aku meneruskan jalanku bersama Sandra Tan sambil berbincang-bincang. ****  Seperti hari-hari sebelumnya, setiap kali aku akan menghadiri acara yang di adakan oleh pihak Maxwell Inc, mereka selalu menyediakan akomodasi untuk kami. Aku dan Sandra Tan di jemput oleh supir yang telah di tugaskan oleh Tuan Hiroshi, menaiki mobil tersebut menuju salah satu hotel mewah di Tokyo. Kami berdua duduk di kursi penumpang belakang menikmati keindahan kota Tokyo malam hari. Tokyo, ibukota Negara Jepang yang glamor dan modis, merupakan kota yang fantastis sebagai tuan ruamh untuk melakukan banyak hal, dari sejarah dan tradisional sampai mode dan futuristic. Dan aku merasa kota ini kota ini sangat menyenangkan dan indah. Setelah beberapa menit dalam perjalanan, mobil yang kami tumpangi pun memasuki kawasan The Tokyo Station Hotel. Sang supir menghentikan mobilnya di depan pintu lobby hotel dan berkata, “Direktur Lea, Nona Sandra, kita sudah sampai.” Aku dan Sandra Tan turun dari mobil tersebut sambil berterima kasih, “Terima kasih, Tuan.” “Sama-sama, Direktur Lea.” Setelah mobil yang kami tumpangi itu berlalu pergi, aku dan Sandra Tan pun memasuki lobby hotel. Baru saja memasuki lobby, kami telah melihat banyak pria dan wanita yang berlalu-lalang dengan pakaian yang rapi dan elegan yang akan menghadiri pesta ulang tahun Tuan Osvald Maxwell. Sangat terlihat para tamu undangan yang hadir bukanlah dari orang sembarangan. Mereka terlihat seperti orang elite dan kaum terpandang yang tidak usah diragukan lagi kedudukannya. The Tokyo Station Hotel yang ada di kawasan Marunouchi ini adalah sebuah hotel mewah dan terkenal di Tokyo dengan konsep klasik kontemporer. Bangunan The Tokyo Station berusia lebih 100 tahun, merupakan sebuah sosok keagungan yang abadi dari dekorasi klasik ala Eropa dengan kenyamanan dan teknologi modern, sambil mempertahankan sisa wariasan dan makna penting bangunan stasiun. Suasana glamour zaman keemasan yang menyelimuti The Tokyo Station Hotel ini sangat terasa di design interior dan eksteriornya. Bangunan berkubah berwarna merah ini telah menjadi bagian dari cakrwala kota lebih dari 100 tahun. Hotel ini memadukan Omotenashi – semangat keramahtamahan Jepang yang dihormati waktu dengan kemewahan abad ke-21. Langit-langit berkubah, lantai yang dipoles terlihat begitu mengesankan. Aku melirik jam tanganku, masih ada waktu 15 menit lagi sebelum acara ulang tahun Tuan Osvald Maxwell di mulai. Aku yang merasa penasaran dengan bangunan tua dan glamour ini pun mengajak Sandra Tan untuk berkeliling sejenak. “Sandra, masih ada waktu 15 menit lagi. Bagaimana kalau kita berkeliling sebelum memasuki ballroom?” “Baik, Direktur Lea. Aku juga tertarik untuk berkeliling hotel ini.” Aku dan Sandra Tan berjalan bersama menjauh dari lobby hotel. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah Imperial Palace Gardens yang ada di The Tokyo Station Hotel. Kami menikmati keindahan taman yang di penuhi oleh pepohonan dan bunga yang indah dengan lampu-lampu taman yang meneranginya. Kemudian menjelajahi stasiun bersejarah di samping hotel dengan dress pesta yang kami kenakan. Setelah berkeliling The Tokyo Station Hotel dan larut dalam kemegahannya, tanpa terasa waktu cepat berlalu. Aku sangat keget melihat arlojiku yang bergerak begitu cepat. Saking asyiknya berkeliling, kami tidak menyadari kalau sekarang sudah lewat setengah jam dari waktu acara ulang tahun di mulai. “Sandra, ayo kita segera kembali. Sudah lewat setengah jam. Sepertinya kita sudah terlambat.” Aku berbicara dengan perasaan sedikit cemas pada Sandra Tan. Ini untuk pertama kalinya aku terlambat menghadiri acara. “Baik, Direktur Lea.” Sandra Tan berjalan bersamaku dengan langkah tergesa-gesa.  Saat kami telah sampai di depan ballroom, terlihat semua tamu undangan tengah berkumpul. Sepertinya acara inti dari perayaan ulang tahun Tuan Osvald Maxwell telah selesai karena kue ulang tahunnya yang ada di atas panggung terlihat sudah di potong. Aku merasa bersalah karena terlambat datang ke ballroom. Namun aku dan Sandra Tan tetap memasuki ballroom untuk menghadiri pesta ulang tahun ini hingga selesai. Kami memasuki ballroom dan berjalan menuju sudut ballroom untuk duduk dan memakan makanan yang terhidang di meja.  Di tengah-tengah ballroom, terdapat sebuah piano berwarna putih yang elegan. Di balik piano itu samar-samar aku melihat seorang pria yang tengah duduk dan baru memainkan piano tersebut. Aku yang duduk di meja sudut ballroom tertutup keramaian tidak bisa melihat dengan jelas siapa pria yang duduk sambil memainkan piano tersebut. Tapi aku menikmati setiap alunan nada yang di hasilkan tuts piano yang dimainkan sang pianist. Pianist itu sedang memainkan lagu yang berjudul River Flow In You yang telah di aransemen ulang dan sedikit berbeda dari nada aslinya. Alunan nada yang ia mainkan menggambarkan bahwa sang pianist adalah seorang yang mahir bermusik, terutama memainkan piano. Dan lagu River Flow In You itu mengingatkanku pada kakakku, Efron Errol yang juga menyukai music. Bahkan ia meninggalkanku menjadi penerus perusahaan keluarga Errol dan memilih pergi keluar negeri untuk menggapa impiannya dalam bermusik. Aku masih ingat saat kami masih remaja, aku dan kakakku pernah memainkan music itu bersama saat kami berlatih piano. Mendengar alunan music itu membuatku merindukan kakakku. Semakin lama mendengar music yang mengalun begitu indah, membuatku semakin penasaran dengan orang yang sedang memainkannya. Permainannya begitu bagus dan lincah saat menekan setiap tuts yang ada. Hingga aku yang merasa penasaran, melangkah ke sisi lain ballroom untuk melihat siapa pianist yang sedang memainkannya. Dan di saat aku telah menemukan posisi yang tepat untuk menyaksikan permainan pianist itu, aku sangat kaget melihat pria yang dengan piawai menekan tuts itu. Ia adalah Tuan Nichol, pria yang tadi sore aku lihat di Ginza. Aku menyaksikan permainan pianonya hingga selesai. Permainannya yang terlihat begitu professional membuat bulu kudukku merinding. Semua orang yang menyaksikannya terkesima. Dan setelah ia selesai bermain, semua orang memberikan tepuk tangan yang meriah atas penampilannya yang memukau. Kemudian Tuan Nichol bangkit dari kursi yang ada di depan piano itu dan berlalu pergi memasuki keramaian yang ada. Terlihat ia di sambut oleh orang-orang yang ia lewati dengan wajah kagum dan hormat. Sepertinya pria itu bukanlah orang biasa. Tidak lama kemudian aku pun kembali ke tempat dimana Sandra Tan dan aku tadi duduk sambil menikmati makanan dan minuman yang ada. Kami berdua kembali menikmati makanan dan minuman yang ada di hadapan kami sambil mendengar suara music yang mengalun. Hingga Tuan Hiroshi dan rombongannya pun menghampiri kami. “Direktur Lea, akhirnya aku menemukanmu. Perkenalkan ini Tuan Osvald Maxwell, pemilik perusahaan Maxwell Inc.” Tuan Hiroshi berbicara sambil menoleh pada pria tua yang tampil elegan yang berdiri di sampingnya. Dengan segera aku bangun dan tersenyum sambil mengulurkan tangan, “Tuan, perkenalkan aku Eleanor dari PL Technoly.” “Senang bertemu denganmu Eleanor.” Tuan Osvald Maxwell menjabat tanganku. Kemudian ia menoleh ke arah lain dan menarik seorang pria muda yang baru saja datang menghampirinya. “Perkenalkan, ini putraku Nicholas Maxwell.” Seketika aku tersentak melihat pria muda yang berdiri di samping Tuan Osvald Maxwell. Ternyata Tuan Nichol yang bertemu denganku beberapa hari lalu adalah Nicholas Maxwell. Dengan senyuman ramah ia menyapaku sambil mengulurkan tangan. “Leora, senang bertemu denganmu kembali.” Dengan sedikit gugup aku pun menjabat tangannya dan tersenyum, “Senang juga bertemu kembali, Tuan.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN