MMYM.09 PERJALANAN BISNIS KE TOKYO (5)
Hari kelima…
Di hari kelima aku dan Sandra Tan mengikuti kegiatan dari perusahaan Maxwell Inc untuk menghadiri Iwate Snow Festival. Kegiatan ini di hadiri oleh semua staff dari Maxwell Inc dalam rangka memperingati hari ulang tahun Tuan Osvald Maxwell. Menurut info yang aku dapat dari beberapa orang yang aku kenal, Tuan Osvald Maxwell selalu mengadakan acara seperti ini di setiap tahunnya. Beliau meliburkan para karyawannya untuk beberapa hari dan mengadakan gathering setiap tahunnya di tempat yang berbeda dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya. Dan tahun ini Maxwell Inc mengadakannya di Tohoku. Aku dan Sandra Tan pun merasa senang diberi kesempatan untuk menghadiri acara gathering yang diadakan oleh perusahaan rekananku.
Tohoku berada di utara Honshu, tepat di bawah Hokkaido. Karena kami para peserta gathering hendak menghadiri Iwate Snow Festival, kami pun pergi ke Morioka yang merupakan ibukota dari prefektur Iwate, Tokohu menggunakan kerekat cepat. Tohoku Shinkansen yang membawa kami para peserta gathering dari Tokyo ke Morioka dalam waktu perjalanan dua setengah jam. Dari stasiun yang ada di Morioka, kami menaiki bus yang telah di sediakan perusahaan menuju resort yang tidak jauh dari pusat kota. Dan perusahaan Maxwell Inc memfasilitasi semua peserta gathering ini dengan gratis. Dari akomodasi, penginapan, konsumsi dan yang lainnya semua di tanggung oleh perusahaan. Benar-benar sebuah perusahaan yang begitu loyal pada karyawanya.
Saat kami telah sampai di resort yang telah di sediakan oleh perusahaan, para peserta gathering pergi ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat. Begitu juga denganku dan Sandra Tan, kami yang merasa lelah dan kedinginan di sepanjang perjalanan memilih segera memasuki kamar untuk beristirahat sejenak sekaligus menghangatkan diri sebelum kembali berkumpul pada sore hari untuk pergi ke festival bersama-sama.
Udara di Iwate, Tohoku benar-benar terasa dingin dibanding Tokyo. Namun aku merasa Tohoku adalah tempat yang sangat menyenangkan dengan semua keindahannya dan minus kerumunan. Dari balik jendela terlihat keindahan taman yang diselimuti salju yang terus turun seperti hujan. Sebuah pemandangan yang sangat langka aku lihat, bahkan ini untuk pertama kalinya.
“Diretur Lea ingin minum apa?” Sandra Tan yang sedang berada di dapur bersih yang ada di kamar resort bertanya padaku.
Aku menoleh ke arahnya dan menjawab, “Aku ingin matcha panas. Apakah ada Sandra?”
“Ada, Direktur. Sebentar, aku akan membuatkannya.”
Saat Sandra Tan tengah membuatkan minuman untukku, aku kembali menikmati pemandangan salju yang ada di luar jendela dengan perasaan resah. Tidak tahu kenapa, dari tadi pagi perasaanku tidak enak. Aku terus memikirkan apakah hari ini aku ada melakukan kesalahan yang di sengaja atau pun tidak di sengaja. Namun setelah aku pikirkan, aku merasa tidak ada yang salah hari ini. Meski begitu, perasaan resah itu tidak mau pergi dari diriku.
Aku terus memandangi salju yang turun dengan segala keresahan di hatiku. Hingga aku yang sudah cukup lama berdiri di pinggir jendela pun melamun. Namun lamunanku seketika buyar setelah melihat beberapa mobil mewah berwarna hitam lewat di depan jendela kamarku dengan santai. Di mobil yang pertama, di kursi penumpang belakang, aku melihat Tuan Osvald Maxwell bersama dengan seorang pria yang duduk di sampingnya. Di mobil yang kedua aku melihat Tuan Hiroshi beserta istrinya. Beberapa mobil hitam di belakangnya terlihat beberapa orang petinggi perusahaan Maxwell Inc. Dan di barisan terakhir sebuah mobil sport dengan warna mencolok tengah di kendarai oleh Tuan Nicholas Maxwell. Sepertinya para petinggi perusahaan Maxwell Inc itu akan menginap di kamar yang tidak jauh dari kamar kami.
Setelah rombongan mobil itu lewat, Sandra Tan muncul di hadapanku dengan secangkir minuman matcha panas di tangannya. Ia tersenyum padaku dan berkata, “Direktur Lea, ini matcha panasnya.”
“Terima kasih, Sandra.” Aku menerima secangkir matcha panas itu dan meminumnya. Secangkir matcha panas sepertinya sangat cocok untuk menghangatkan tubuh yang kedinginan.
Saat aku masih berdiri di pinggir jendela sambil memegang secangkir matcha, Sandra Tan kembali bersuara, “Direktur, kenapa terlihat sedikit murung? Apa ada sasuatu yang terjadi?”
Aku menggelengkan kepala, “Tidak apa-apa, Sandra. Aku hanya sedang menikmati pemandangan salju yang turun.”
“Tapi Direktur terlihat resah. Apa Direktur sedang tidak enak badan?”
“Aku baik-baik saja, Sandra. Mungkin hanya sedikit lelah.”
Sandra Tan tersenyum padaku dan berkata, “Direktur, pihak resort mengatakan bahwa di resort ini ada onsen. Bagaimana kalau setelah ini kita berendam di onsen untuk menghangatkan tubuh sebelum pergi ke festival salju nanti sore?”
“Ide bagus. Hari ini aku benar-benar kedinginan dan merasa lelah.”
****
Berendam di onsen saat cuaca dingin seperti ini sangat menyenangkan. Tidak hanya untuk menghangatkan tubuh, berendam di onsen dapat merelaksasi tubuh dan melancarkan peredaran darah. Bagi orang Jepang, berendam di onsen tidak hanya sekedar budaya, tapi juga di percaya memiliki segudang manfaat untuk kesehatan dan juga baik untuk kulit. Dan aku sangat menikmati berendam air panas bersama Sandra Tan di private onsen yang disebut juga dengan kashikiri-buro yang ada di resort ini. Kami berendam di air panas sambil berbincang-bincang ringan. Aku merasa perjalanan bisnis kali ini terasa begitu berbeda.
“Sandra, apa menurutmu festival salju itu menyenangkan?” Aku bertanya pada Sandra Tan yang sedang berendam di sampingku.
“Tentu saja, Direktur. Di sana banyak pertunjukan, makanan, cindera mata. Dulu aku sangat senang jika kedua orang tuaku mengajakku pergi melihat festival salju. Dulu aku hanya beberapa kali datang ke festival salju sebelum pindah ke Singapore. Tapi aku belum pernah melihat Iwate Snow Festival. Tapi jika aku lihat dari berita internet, sepertinya sangat menyenangkan.”
Aku tersenyum mendengar penjelasan dari Sandra Tan yang pernah tinggal di Jepang. Dan aku berharap festival itu benar-benar menyenangkan. Disaat aku kembali terdiam menikmati hangatnya air onsen, Sandra Tan kembali bersuara, “Direktur Lea…”
“Ya…”
“Apa menurut Direktur Lea, Tuan Nicholas itu sangat tampan?”
Aku terdiam sejenak mencoba mengingat wajah Tuan Nicholas Maxwell. Kemudian aku menjawabnya dengan wajah acuh tak acuh, “Menurutku tampan. Kenapa? Apa kamu menyukainya?”
“Aku hanya kagum, bukan menyukainya. Aku hanya teringat dengan penampilannya memainkan piano saat perayaan ulang tahun Tuan Osvald, ayahnya. Ia terlihat begitu professional dan sangat memikat, membuat semua orang yang melihatnya berdecak kagum. Tidak hanya tampan dan juga pewaris tunggal Maxwell Inc, tapi ia juga memiliki pendidikan tinggi dan menyandang beberapa gelar pendidikan di usia muda. Hanya saja… dari rumor yang beredar, ia terkenal playboy dan banyak wanita yang mendekatinya.”
Aku tersenyum menanggapi ucapan Sandra Tan dan berkata, “Sangat wajar jika pria tampan, kaya dan menawan di dekati banyak wanita, Sandra.”
“Apa itu juga terjadi pada CEO James, Direktur?”
Seketika aku terdiam mendengar pertanyaan Sandra Tan yang menurutku sedikit keluar jalur. Tapi aku tidak merasa marah dan menjawab dengan tenang. “Semoga saja itu tidak terjadi, Sandra. Setahuku hanya ada aku wanita yang dekat dengannya sejak kami kecil hingga dewasa ini.”
“Maaf, Direktur. Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku hanya berpatok pada realita yang banyak terjadi. Bahwa pria tampan dan kaya raya akan menjadi incaran wanita.”
“Begitu juga dengan wanita. Wanita yang cantik luar dalam dan ber-etitude yang banyak di sukai oleh pria saat ini. JAdi untukmu yang belum menikah, percantik dirimu luar dalam agar banyak pria yang menyukaimu.” Aku berbicara sambil tersenyum padanya.
Terlalu lama di onsen sambil berbincang-bincang membuat kami lupa waktu. Hingga tak terasa hari yang tadinya terang kini sudah mulai menggelap. Dengan sedikit shock, Sandra Tan segera keluar dari onsen dan berkata, “Direktur, kita harus segera kembali ke kamar. Kalau tidak kita bisa ketinggalan rombongan.”
Aku pun ikut bangkit dan keluar dari onsen tanpa berkata apa-apa. Setelah mengeringkan tubuh, kami pun melangkah dengan cepat menuju kamar. Jarak antar onsen dengan kamar kami cukup jauh, sekitar puluhan meter. Jadi kami harus berjalan bergegas ke kamar dan mengganti pakaian agar tidak ditinggal rombongan yang hendak pergi ke Iwate Snow Festival.
Setelah kami sampai di kamar, dengan secepat mungkin kami mengganti pakaian dan bersiap-siap. Namun saat kami keluar dari kamar, hari malah semakin menggelap. Kemudian dengan langkah besar kami pergi ke halaman perkiran resort untuk berkumpul dengan para peserta gathering lainnya. Namun sayang, setelah kami sampai di parkiran bus yang akan membawa kami ke festival salju sudah tak terlihat lagi. Sepertinya bus itu telah pergi membawa para peserta gathering ke lokasi festival.
“Yaaaah… kita ketinggalan bus. Kita pergi ke lokasi dengan apa? Padahal hanya terlambat beberapa menit.” Sandra Tan mengeluh sambil melihat arloji yang ada di pergelangan tangan kirinya.
Aku merasa sedikit kecewa karena terlambat beberapa menit dan di tinggal bus. Sepertinya aku dan Sandra Tan gagal untuk melihat festival salju dan mengikuti acara yang diadakan pihak Maxwell Inc di lokasi festival tersebut. Namun aku berusaha tetap tenang dan tidak memperlihatkan rasa kecewaku. Dengan tersenyum aku menyentuh pundak Sandra Tan sembari berkata, “Tidak apa-apa. Kalau tidak bisa pergi, kita bisa melakukan hal yang menyenangkan lainnya. Tapi sebelumnya, bagaimana kalu kita pergi ke kantor resort dulu? Aku akan menanyakan apakah ada mobil mereka yang bisa mengantarkan kita ke lokasi festival.”
“Baiklah kalau begitu, Direktur.” Sandra Tan menanggapi ucapanku dengan lesu.
Baru saja kami membalikkan tubuh dan hendak pergi ke kantor utama resort, terlihat mobil sport berwarna kuning menyala berjalan melewati kami. Mobil itu seperti mobil yang dikendarai oleh Tuan Nicholas Maxwell tadi siang saat aku melihatnya dari balik jendela. Aku hanya melihat mobil itu sepintas dan tidak mempedulikan mobil yang melewati kami itu. Aku dan Sandra Tan terus melangkah menuju kantor utama resort.
Namun beberapa saat kemudian mobil sport berwarna kuning itu berjalan mundur. Hingga akhirnya mobil itu berhenti tepat di depan kami. Melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan kami, kami pun menghentikan langkah. Dan kaca mobil itu pun turun secara perlahan. Dari dalam mobil Tuan Nicholas Maxwell tersenyum pada kami dan berkata, “Leora, kamu mau kemana?”
“Kami mau ke kantor utama resort untuk menanyakan mobil yang bisa mengantar kami ke lokasi festival.”
“Naiklah!” Tuan Nicholas Maxwell membukakan pintu dari dalam mobil dan kembali berkata, “ Aku juga akan pergi menghadiri acar festival. Kita bisa sama-sama pergi ke sana.”
“Apa tidak apa-apa, Tuan?”
“Tentu saja tidak apa-apa, Leora.”
“Tapi…”
“Naiklah! Kamu tidak merepotkanku.”
Aku sedikit kaget mendengar ucapan Tuan Nicholas yang memotong pembicaraanku. Aku tidak menyangka ia akan tahu apa yang akan aku katakan. Dengan perlahan aku menganggukkan kepala dan berkata, “Baiklah.”