"Kenapa harus selalu aku yang disalahkan? Aku berusaha untuk menjadi manusia yang baik, aku juga nggak pernah jahat sama orang, tapi kenapa hidupku seperti ini," monolog Flora. Menelungkupkan tubuhnya di kasur, tangis Flora berderai. Dia merasa lelah dengan kehidupannya yang sekarang, jika saja Flora mempunyai pilihan, mungkin Flora akan memilih pergi. Hidup dengan kesalahpahaman hanya membuatnya tak tenang. Setiap harinya selalu saja ada masalah. Tangis Flora terhenti ketika mendengar ponselnya menjerit. Melihat nama Sakti terpampang di sana, awalnya Flora memilih untuk mengabaikan panggilan itu, tapi kemudian Sakti terus menghubunginya. Menggeser icon hijau, dan langsung terlihat sosok pria yang tengah bersandar pada headboard ranjang itu. "Kenapa lama banget ngangkatnya sih Flo? Ngap