Tania menyeka sudut matanya. Belum sempat ia bercerita akan tetapi butiran bening itu terus berjatuhan. Percayalah, tak mudah baginya ketika kembali diingatkan tentang masa lalunya. "Sepertinya Mama menjadi satu-satunya wanita yang paling bahagia di dunia ini jika untuk urusan mendapatkan suami." Tania memulai ceritanya. "Papamu, dia dengan lapang dadanya mau menerima dan tetap mempertahankan Mama sekalipun dia tahu dokter telah memvonis Mama mandul. Papamu itu seorang diplomat ketika masih muda, kamu pasti tahu pekerjaan menuntutnya selalu berpindah-pindah dari negara satu ke negara lainnya. Kami menikah karena dijodohkan, lalu pada setahun usia pernikahan kami Mama baru tahu fakta itu. Sebagai perempuan tentu saja Mama merasa dunia Mama hancur, tapi papamu berhasil meyakinkan Mama bahw