Suci “Katanya ini keperluan pribadi. Sepasang bapak dan ibu, paruh baya. Wajah bapaknya tuh mirip Pak Rafi. Katanya si ibu itu, bilang saja mama dan papa mau bertemu, gitu mbak.” Deg. Hatiku berdegup lebih kencang mendengar itu. Mama dan papa? Itu artinya tamu ini adalah mantan mertuaku? “Benarkah? Mereka ada di mana?” tanyaku, merapikan hijabku dan bergegas keluar ruanganku. “Di ruang pertemuan satu, mbak.” Setelah berucap terima kasih pada Dena, aku segera meluncur ke ruang pertemuan satu. “Assalamualaikum,” sapaku lirih, mendorong pintu ruangan itu. Mataku terpaku pada sosok cantik seorang perempuan paruh baya dan seorang pria paruh baya yang masih bugar, sedang duduk terpekur seperti asik dengan pikiran sendiri. “Mah, pah…” aku berlari kecil menuju mama Ambar dan kami segera