Rafi “Suci masih lama ya?” Tanyaku tidak sabar. Tidak susah bagiku untuk mencari alamat Suci, tentu saja aku memakai bantuan ordal alias om Danantya untuk bertanya pada pak Utomo. Tidak butuh waktu lama, hanya beberapa jam saja untuk aku bisa tahu alamat lengkapnya. Ini Minggu pagi, aku yang tidak sabar ingin bertemu Suci nekat datang ke rumahnya dengan membawa seikat bunga lily putih kesukaannya. Bunga bakung sederhana yang kutahu memang banyak di depan rumah Suci di kampung. Gadis itu, Dena, yang tinggal serumah dengan Suci, kedikkan bahu, “heuum, menunggu sekira 20 atau 30 menit lagi, pasti tidak ada artinya dibanding penantian selama empat tahun bukan, Pak?” tanya Dena, beretorika. Aku melirik ke arahnya dengan malas. Saat aku yang mulai bosan menggulir gawai dan berselancar, seb