Rafi “Raf…” “Uci… euugh, mau lagi dong…” “Eh nih bocah, jam segini masih ngimpi. Rafi, bangun solat subuh dulu udah jam lima!” Aku merasa bagai ada gempa bumi bermagnitudo sembilan menggoncang tubuhku hingga akhirnya aku membuka mata dan menjerit tertahan saat melihat mama di sebelahku. Dengan panik aku menarik selimut sampai leherku untuk menutupi tubuhku yang telanjang usai aku b******a dengan Su… eh tapi kami kan….?? “Eeeh…” aku menoleh ke arah kiriku, ternyata kosong. Sisi kiri ranjangku kosong, terasa dingin saat aku menyentuh bantal. “Hufft…” keluhku, lagi-lagi aku bermimpi b******a dengan Suci. Tuhan, apa yang harus aku lakukan? “Mimpi Suci lagi ya, Raf?” tanya mama. “Iya, mah.” Aku meringis saat menjawab itu karena ketahuan mama. “Mimpi basah lagi?! Kamu nih, buru janaba