Part 23. Hati yang Terluka

843 Kata

Suci “Rayan?! Kaukah itu nak?” ibu gegas berdiri dan menyambut sosok lelaki yang muncul di ruang keluarga. Baki yang kupegang jatuh, menimbulkan bunyi nyaring cangkir pecah berkeping-keping karena beradu lantai. “Mas Ra… yan?” lidahku kelu, jantungku berdebar tidak beraturan. Aku bahkan tidak mampu merasakan panasnya air teh jahe yang terkena kulit kakiku. Semua terasa membeku. “Uci…?! Kamu tidak apa-apa?” Sosok tinggi tegap, tampan itu bergegas ke arahku, menyadarkanku bahwa dia bukanlah ilusi, tapi nyata adanya. Lelaki itu…, dia nyata Mas Rayan. Wajahnya, senyumnya yang terkembang saat melihatku, suaranya yang lembut juga tatapan matanya yang penuh rindu hanya padaku. “Rayan, berhenti! Stop di situ!” tepat di saat dua tangan kekar mas Rayan hendak merengkuh rubuhku untuk dia pel

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN