Suci “Biar aku yang gendong Mbak Suci. Mas Rayan siapkan mobil saja.” Entah dari mana Hanif muncul, tiba-tiba saja dia sudah berada di dekat kami. Aku sempat lihat tangannya seperti memasukkan sesuatu ke kantung jaket yang dia pakai sebelum meraih tubuhku. Sedetik kemudian, Hanif sudah membopongku tanpa aku bisa protes. Remaja yang sudah kelas dua belas ini bertubuh bongsor dan kekar seperti kakaknya. Dia membopongku tanpa merasa berat. Mas Rayan menghela nafas tapi tidak mau mendebat lagi. Ibu mengikuti kami dan berjalan tanpa suara. “Bapak di rumah saja ya.” Kata bapak, kami semua mengangguk. * Ternyata aku harus dirawat inap karena mengalami perdarahan. Mata ibu membola saat tahu bahwa aku sedang hamil. “Kamu sedang hamil, Ci?,” tanya ibu, bahagia juga panik, “tapi kamu perdarahan