"Tolong ajari aku bela diri," gumam Mirabell dengan mata penuh harap. Sementara yang ditatapnya tampak bingung dengan permintaan Mirabell. "Aku ingin belajar memanah dan menggunakan pedang juga," gumam Mirabell. Lelaki di hadapannya semakin terkejut dengan permintaan Mirabell.
"Kau yakin?" Tanya Reynald ragu. Pagi-pagi sekali Mirabell datang ke rumah Reynald dan memintanya untuk mengajari bela diri tentu saja membuat Reynald kaget. Bukannya meremehkan Mirabell, tapi belajar bela diri, memanah dan menggunakan pedang tentu membutuhkan waktu yang lama dan prosesnya cukup sulit. Reynald tidak yakin apa gadis ini mampu melewatinya.
"Yakinlah, aku harus belajar bela diri. Ya kali aku mau ngandelin kalian untuk jagain aku terus. Aku mau mandiri," gumam Mirabell penuh tekad. Dia sudah banyak merepotkan mereka, setidaknya Mirabell ingin bisa menjaga dirinya sendiri.
"Kau kan sudah punya Steve yang bisa menjagamu. Kenapa harus belajar bela diri segala?" Tanya Reynald.
"Kau gak liat gimana keadaan Steve sekarang. Dia terluka karena aku. Jadi aku tidak boleh merepotkannya terus-menerus. Aku ingin belajar. Makanya ajarin aku bela diri ya," tukas Mirabell. Reynald menggeleng. Buat apa ada Vrivren jika yang dijaga malah mau belajar bela diri.
"Steve pasti akan lekas sembuh. Kau jangan menyalahkan dirimu terus. Steve nanti sedih," tukas Reynald. Mirabell memandang Reynald dengan tatapan tak percaya. Sejak kapan lelaki itu mampu mengelus kata-kata bijak seperti itu? Salah makan kali ya.
"Kenapa melihatku seperti itu?" Tanya Reynald.
"Gak, kamu ganteng aja," gumam Mirabell tanpa dipikir terlebih dahulu. Wajah Reynald langsung memerah. Lelaki itu salah tingkah.
"Hah? Kamu blushing," Teriak Mirabell menahan tawanya.
"Diam kamu," tukas Reynald memalingkan wajahnya.
Ini pertama kalinya Mirabell melihat sisi lucu dari Reynald. Lelaki itu benar-benar pendiam dan tak banyak bicara. Diantara Felix dan teman-temannya hanya Reynald yang paling pendiam. Semenjak kejadian di hutan Dendrum Reynald sudah minta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya. Dia sebenarnya baik. Hanya saja sikapnya terlalu kaku. Dan wajahnya selalu ditekuk yang membuat seseorang takut padanya.
"Hahaha kau lucu sekali, Reynald." Tukas Mirabell. Meski masih sering berdebat dengan Reynald namun sikap Reynald jauh lebih baik daripada pertama kali bertemu. Lelaki itu mulai biasa dan tidak canggung untuk bicara dengannya.
"Kenapa kau tidak minta tolong Felix saja," tukas Reynald. Dia mencoba mengalihkan topik pembicaraannya.
"Lagi sibuk dia. Katanya ke tempat ketua. Bernald juga lagi sibuk. Edmund sibuk dapat banyak pesanan bunga. Jadi cuma kamu yang nganggur," tukas Mirabell.
"Aku juga sibuk!" protes Reynald. Mirabell mencebikkan bibirnya. Semua orang sibuk. Dia tidak tahu harus belajar dari siapa. Padahal satu-satunya harapannya cuma Reynald.
“Pokoknya kamu harus ajarin aku,” kata Mirabell dengan sedikit memaksa.
“Kok maksa?” ujar Reynald tak suka. Mirabell meringis karena tak sadar nadanya sedikit memaksa.
“Bukan gitu ih, Rey. Aku beneran butuh bela diri, memanah dan pakai pedang deh. Kan Steve ga mungkin jagain aku dua puluh empat jam. Aku juga mau bantu kalian jika Blue Blood datang,” gumam Mirabell.
Reynald akui bahwa niat Mirabell bagus hanya saja itu akan menempatkan gadis ini dalam bahaya. Jadi dia tidak mau menempatkan Mirabell dalam sebuah pertarungan. Steve pasti akan membunuh Reynald jika dia mengajari Mirabell.
“Sebaiknya kau lupakan saja niatmu itu, sampai kapan pun aku tidak akan mengajarimu,” gumam Reynald. Lelaki itu mengambil anak panah dan memasukkannya dalam bambu.
“Pokoknya aku tidak akan menyerah, aku bakal ikutin kamu ke mana-mana kalau kamu gak mau ngajarin aku,” ancam Mirabell.
Mirabell tak main-main dengan ucapannya Gadis itu akan berusaha kerasa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Mirabell sudah memutuskan bahwa dia ingin mandiri dan tidak mengandalkan Steve untuk menjaganya. Karena tugas Steve tidak hanya menjaganya. Dia juga tidak mau terkurung di dalam rumah lagi jika Steve tak mengizinkannya keluar karena tidak ada yang menjaganya.
“Terserah kamu saja,” gumam Reynald.
Reynald salah. Harusnya dia menuruti permintaan Mirabell. Seharian ini gadis itu benar-benar mengikutinya. Tak ada rasa lelah maupun keluhan darinya. Mirabell malah terlihat senang karena bisa mengikuti kegiatan Reynald. Sementara Reynald risih karena biasanya dia ke mana-mana sendiri. Apalagi sepanjang perjalanan gadis ini selalu banyak tanya. Benar-benar melelahkan.
“Berhentilah mengikutiku, Mirabell,” ujar Reynald dengan pandangan lelah, sementara yang ditatapnya seperti punya tenaga ekstra.
“Kau harus janji mau mengajariku dulu baru aku berhenti mengikutimu,” gumam Mirabell. Reynald memijat kepalanya. Dia benar-benar keras kepala.
"Baiklah aku akan mengaja----"
"Seriusan kamu mau ngajarin aku?" potong Mirabell dengan mata berbinar-binar. Akhirnya keinginannya tercapai, tidak sia-sia dia membuntuti Reynald meski kakinya pegal. Mirabell tidak pernah seperti ini sebelumnya. Karena sejak kecil orang tuanya mencukupi segala kebutuhannya jadi dia tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkan sesuatu.
"Dengarkan dulu, Mirabell," tukas Reynald.
"Aku akan membawamu ke Higrid, tapi aku belum bisa berjanji kapan," tukas Reynald. Mirabell mengerutkan keningnya mendengar istilah asing di telinganya.
"Higrid apaan dah?" tanya Mirabell dengan tatapan bingung.
"Ah kau tidak tahu Higrid ya, semacam tempat belajar orang-orang di sini," tukas Reynald.
“Semacam sekolah gitu? Wow, aku baru tahu kalau di sini ada sekolah juga," tukas Mirabell tak percaya "Kapan aku bisa ke sana?" ujar Mirabell tak sabaran.
"Kau harus sabar Mirabell, aku perlu bicara pada Ketua dulu. Tapi jangan berharap banyak dulu karena kalau ketua tidak mengizinkan kau tidak bisa ke sana," tukas Reynald.
Belum apa-apa tapi Mirabell benar-benar senang dan antusias. Hampir setengah bulan dia di Quantrum Tetranum dan dia belum menjelajahi tempat ini sepenuhnya. Karena itu dia ingin belajar tentang Quantrum Tetranum, biar nanti jika dia pulang dia bisa menceritakannya pada mama, papa dan Orion.
Raut wajah Mirabell berubah murung. Ini pertama kalinya dia ingat pulang. Dia pasti akan rindu dengan Quantrum Tetranum. Rindu wangi aroma peppermint, juga Felix, Bernald, Reynald, Edmund dan Steve juga orang-orang yang sangat ramah di sini. Mereka baik sekali pada Mirabell. Mirabell mengingat kembali, di Jakarta dia bahkan tidak punya teman. Mereka berteman karena ada maunya. Kadang mereka memanfaatkan Mirabell untuk kepentingan pribadinya. Untuk pertama kalinya Mirabell mendapatkan teman di sini bahkan mereka rela mengorbankan nyawanya untuk Mirabell. Mirabell pasti akan merindukan mereka. Tapi apakah Mirabell bisa kembali? Apa dia bisa menemukan Magic door kembali? Entah kenapa Mirabell merasa sedih, karena Quantrum Tetranum sudah seperti rumah kedua baginya.
"Hey, kok malah melamun," tukas Reynald membuyarkan lamunan Mirabell. Gadis itu tak sadar sudah beberapa menit bengong di hadapan Reynald.
"Kau benar kan akan mengajakku ke Higrid? Aku senang sekali?" Ungkap Mirabell.
"Aku belum bilang kau pasti ke sana. Aku baru berencana membawamu ya, Mirabell, " ralat Reynald.
"Ah pokoknya aku senang makasi banget ya Reynald," tukas Mirabell. Reynald tidak menyangka bahwa gadis ini benar-benar bersemangat.
"Iya. Sebaiknya kau pulang sekarang. Hari sudah mulai petang. Kau harus menjaga Steve kan?" Tukas Reynald.
Mirabell mengangguk. Seharian ini Edmund menjaga Steve. Dia yang pertama kali menyetujui ide Mirabell yang ingin belajar bela diri. Meski Felix, Bernald dan Reynald menolaknya. Edmund rasa Mirabell memang harus belajar. Dia juga yang menyarankan kepada Mirabell untuk belajar pada Reynald.
"Baiklah aku pulang dulu, dadah Reynald," gumam Mirabell ceria. Gadis itu meninggalkan rumah Reynald dengan bahagia.