Ini di luar rencana. Steve tidak menyangka bahwa rencananya untuk bertemu Hezelbrian tidak semulus yang dia kira. Dia bahkan tidak menduga bahwa lelaki itu sudah berubah. Menjadi lebih kasar dan arogan. Baru memasuki gerbang kastil Dendrum saja, Steve langsung ditahan oleh penjaga kastil dan langsung dibawa ke hadapan Hezelbrian layaknya tawanan. Sebenarnya ini memang rencana awal Steve, dia membiarkan dirinya tertangkap agar lebih cepat dapat bertemu dengan Hezelbrian. Empat orang penjaga mengawal Steve berjalan memasuki kastil.
Gerbang kastil ini sangat kokoh, Steve memperhatikan detail batu besar yang membentuk tiang maupun dinding kastil ini. Layaknya istana kastil ini begitu bersih dengan ornament yang terlihat mahal. Orang-orang di dalam kastil terlihat sangat sibuk mondar-mandir.
“Tuan Muda sepertinya akan menghabiskan uang yang banyak untuk hari ini,” gumam seorang penjaga di belakang Steve. Steve berusaha mendengarkan percakapan mereka karena penasaran kenapa orang-orang itu sibuk sekali.
“Jelaslah, dia menginginkan pernikahan yang sangat mewah kali ini,” kata penjaga lainnya.
“Tapi apa tidak keterlaluan menikahi perempuan yang baru saja dia kenal. Tuan muda selalu menganggap orang asing yang dia temui sebagai Nonan Hefin, aku merasa kasian dengan Nona Mira, mira siapa?” gumam penjaga itu mencoba mengingat sesuatu.
“MIrabell, ah MIrabell!”
Deg!
Steve kaget. “Apa yang kalian bicarakan adalah Mirabell?”Tanyanya dengan tatapan tak pecaya.
“Diam kau, kau tak ada hak bicara. Cepat jalan!” Penjaga itu merasa tak suka pembicaraannya dicampuri oleh Steve. Dia mendorong tubuh Steve dan memaksa laki-laki itu untuk masuk ke dalam kastil.
Steve geram. Benarkah Mirabell akan menikah dengan Hezelbrian? Apa benar lelaki itu memaksa Mirabell untuk menikah dengannya. Hezelbrian benar-benar keterlaluan. Jika itu benar, akan Steve pastikan memberi laki-laki itu berjalan.
***
“Hohoho, sepertinya kita kedatangan tamu dari negeri musuh,” gumam Hezelbrian. Lelaki itu duduk dengan angkuh dengan jubah berwarna dark blue dan terlihat sangat sombong.
Seorang penjaga menjegal salah satu kaki Steve dan membuat lelaki itu belutut, “Tunjukkan hormatmu pada Tuan Hezelbrian,” ujarnya kasar.
“Jangan kasar seperti itu, dia adalah teman lamaku. Iya kan, Steve?” Hezelbrian menyunggingkan senyumnya. Tentu saja bukan senyum yang tulus. Lelaki itu sudah berbeda dan Steve tidak mau basa-basi dengannya.
“Aku ke sini tidak mau mengunjungimu, cepat bebaskan seseorang yang sandera di sini. Aku tahu kau sedang menyandera seseorang. Cepat lepaskan sebelum aku berbuat kasar kepadamu,” ujar Steve langsung ke inti pembicaraan.
“Santai, kau tidak usah marah-marah. Mari kita bicarakan ini di meja makan setelah pernikahanku. Aku sedang sibuk hari ini, beruntung kau datang, kau juga mau memberkati pernikahanku kan?” kata Hezebrian. Dia sungguh gila.
“Kau akan menikah dengan siapa?” Steve bertanya dengan hati-hati. Dia sengaja memancing lelaki itu. Dadanya berdebar. Bagaimana jika perempuan yang akan dinikahinya benar-benar Mirabell?
“Tentu saja dengan Hefin, Steve. Ah aku lupa aku belum mengenalkanmu dengannya kan. Pengawal tolong kau bawa Hefin ke sini, aku ingin memperkenalkannya pada Steve,” gumam Hezelbrian. d**a Steve berdebar hebat. Bagaimana jika itu MIrabell, apakah mereka berdua saling mencintai? Jika iya, berarti dia harus merelakan perasaannya pada Mirabell. Dua orang pengawal berjalan masuk ke dalam kastil. Steve terus berpikir apa yang harus dia lakukan. Dia bahkan hanya menjawab pertanyaan Hezelbrian dengan singkat.
“Hefin?” Steve seperti pernah mendengar nama itu. Hingga dia sadar dia adalah gadis yang terjatuh ke jurang saat itu. Lalu bagaimana Hezelbrian akan menikah dengan Hefin? Bukankah gadis itu sudah tiada.
Kedua pelayan berjalan sambil mengawal seseorang dengan gaun panjang memasuki ruangan Steve dan Hezelbrian. Lelaki itu menunduk. Dia tak siap jika harus menghadapi kenyataan bahwa gadis yang akan menikah dengan Hezelbrian adalah Mirabell. Semoga saja dia salah. Dia berharap Mirabell tidak ada di sini. Namun harapan Steve hancur karena gadis yang diapit oleh dua pelayan itu adalah seseorang yang sangat dia kenal. Gadis cerewet yang dia cari saat ini.
“Mirabell!”
“Steve!”
Keduanya sama-sama terkejut. Jadi benar Mirabell akan menikah dengan Hezelbrian. Mungkin Steve harus merelakan Mirabell bahagia dengan Hezelbrian. Gadis itu tampak cantik dengan baju berwarna pink dengan renda yang terlihat elegan. Gadis itu terlihat berbeda.
Mirabell langsung berlari ke hadapan Steve, “Steve tolong aku, aku senang kau berada di sini, please. Ayo kita pulang,” gumam Mirabell menarik tangan Steve namun dua orang penjaga menghalangi keduanya.
“Mau ke mana kalian?” Hezelbrian turun dari kursi kebesarannya dan berjalan menuju Steve dan Mirabell.
“Steve bantu aku, lelaki itu memaksaku menikah,” tunjuk Mirabell pada Hezelbrian. Steve mengerutkan keningnya.
“Bukannya kau juga mau menikah dengannya,” kata Steve dengan tatapan dingin. Dia sedang salah paham sekarang.
Mirabell menjitak kepala Steve, “ Kau pikir aku bersedia menikah dengannya gitu? Kau gila! Masa aku mau nikah gitu aja sama orang yang gak kukenal.” Ujar Mirabell geregetan.
“Ya kupikir begitu.”
Ada perasaan lega di hati Steve karena MIrabell tenyata tidak suka rela mau menikah dengan Hezelbrian.
“Jangan banyak tanya, ayo kita cepat kabur dari sini,” Mirabell menarik tangan Steve.
“Kalian mau kabur ke mana,” Hezelbrian menarik tangan Mirabell hingga gadis itu terseret dan berpindah di sisinya.
`Steve mencoba memutar otaknya, dia tidak bisa kabur begitu saja. Karena penjaga di kastil ini sangat banyak. Dengan satu perintah dari Hezelbrian saja dia bisa kehilangan nyawanya, karena itu Steve tidak mau gegabah. Dia harus menyusun rencana untuk bisa membawa Mirabell keluar dari sini.
“Steve ayo kita pergi dari sini,” gumam Mirabell dengan putus asa.
“Mau ke mana kau, Hefin? Kau tidak akan ke mana-mana. Steve, kita bicara nanti karena aku harus menikah sekarang, sampai jumpa,” gumam Hezelbrian menarik tangan Mirabell.
“Steve, please aku gak mau nikah sama dia, tolong,” Mirabell mencoba memberontak.
“Apa kau akan menikah dengan orang yang sudah mati, Hezelbrian?” Gumam Steve. Hezelbrian berhenti menarik tangan Mirabell dan menatap Steve.
“Maksudmu apa?”
“Kau ingat waktu aku menolongmu? Kau hampir saja terjun ke jurang jika aku tidak menarikmu saat itu. Dan aku ingat kau bersama dengan seorang perempuan saat itu.”
“Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan?”
Steve berjalan mendekati Hezelbrian. Lelaki itu harus sadar bahwa gadis yang dicintainya sudah tiada dan Mirabell bukanlah Hefin, dia tidak bisa memaksa Mirabell begitu saja.
“Sadarlah, Hezelbrian, Hefin sudah tiada,” gumam Steve dengan tatapan iba. Lelaki ini pasti sangat terpukul hingga dia tak pernah mau menerima kenyataan bahwa kekasihnya sudah tiada. Steve pernah merasakannya dan dia paham akan perasaan itu. Tidak mudah melupakan seseorang begitu saja tapi hidup akan terus berjalan. Menyesali kepergian seseorang tidak akan mengembalikan dia hidup-hidup.