Jika kau ingin gadis ini selamat maka kau harus datang seorang diri
Bernald, Edmund, Steve dan Reynald saling pandang. Sebuah sinyal bahaya terekam di kepala mereka. Mirabell sedang dalam bahaya dan mereka harus segera membebaskannya.
“Aku saja yang pergi,” gumam Steve mengajukan diri. Bernald menggeleng. Dia tidak bisa melepaskan Steve begitu saja.
“Steve, aku rasa kita perlu diskusi. Kau tidak bisa mengambil keputusan sendiri,” gumam Bernald.
“Aku setuju dengan Bernald. Kamu tidak boleh gegabah. Ini semua jebakan kaum Dandrum, Steve. Jangan tergesa-gesa mengambil keputusan,” saran Felix.
Steve menghela napas, “Mirabell itu tanggung jawabku, sebagai penjaganya aku yang harus melindunginya. Karena itu biar aku saja yang pergi,” Steve bersikeras.
“TIdak Steve. Ini semua karenaku, aku yang seharusnya bertanggung jawab atas hilangnya Mirabell,” Reynald membuka suara.
“Rey, ini bukan sepenuhnya salahmu. Biar aku saja yang pergi. Aku kenal Hezelbrian seperti apa. Dia tidak akan menyakitiku karena dia pernah berhutang nyawa padaku. Jadi aku akan baik-baik saja di sana,” gumam Steve tak menyerah untuk membujuk mereka.
Steve ingat malam itu ketika dia pulang dari mencari kayu bakar dia mendengar seorang perempuan menjerit disertai bunyi gemuruh longsoran tebing. Steve segera meletakkan kayu bakarnya dan berlari ke arah suara tersebut. Gadis itu sudah jatuh ke bawah sana dan tak tertolong.
Sementara itu dia melihat seorang lelaki dengan tatapan kosong yang tengah terpukul karena dan menjeritkan nama seseorang. Dia adalah Hezelbrian. Pria itu hampir saja melakukan tindakan bodoh dengan loncat ke jurang dan bunuh diri jika Steve tidak mencegahnya. Steve pula yang merawatnya selama beberapa hari di Quantrum Tetranum tanpa melaporkannya kepada ketua. Steve bahkan harus dihukum karena melanggar peraturan karena telah merawat seseorang dari kaum Dandrum yang notabenenya adalah musuh bebuyutan mereka. Tapi Steve tidak bisa mengabaikannya ketika dia terluka.
“Baiklah, kau boleh pergi, tapi bawa ini,” Felix memberikan sebuah bola serbuk merah dan peluit. “Gunakan ini di saat kau terdesak maka kami akan langsung mendatangimu. Aku akan mengambil senjata dan segera kembali, Bernald kau jemput Edmund dan jangan lupa senjatamu. Sementara kau Reynald antar Steve sampai ke Gerbang Area Dendrum Setelah itu kita berkumpul di bukit Nill untuk mengintai bersama,” Felix mengatur strategi. Felix lupa membawa senjatanya tadi, hanya Reynald dan Steve yang membawa senjata mereka. Steve mengangguk menyetujui
“Hati-hati Steve, kami akan segera ke sana. Kau jangan gegabah,” gumam Bernald.
“Kau tenang saja, aku akan baik-baik saja,” gumam Steve menenangkan Bernald. Lalu keempat orang tersebut berpisah, Steve dengan Reynald menuju Area Dendrum sementara Bernald dan Steve kembali untuk mengambil senjata.
***
Untuk pertama kalinya Mirabell menangis dengan sesak di tempat ini. Seharian ini Mirabell di kurung di sebuah kastil dengan ruangan yang mewah namun bak penjara baginya. Rasa pengap menyelubungi dadanya. Setidaknya di Quantrum Tetranum lebih baik daripada di sini. Mirabell masih harus tida terima jika dia harus menikah dengan lelaki bernama Hezelbrian tersebut.
Hello, dia baru memasuki usia tujuh belas tahun dan bagaimana dia akan menikah dengan seorang pria angkuh, sombong dan keras kepala seperti dia. No! Mirabell ingin kabur sekarang juga tapi semua pintu ini benar-benar tertutup. Untuk pertama kalinya dalam hidup Mirabell dia benar-benar merasa sangat putus asa.
“Maafkan Tuan Muda Hezelbrian, Nona,” gumam seorang maid dengan tatapan iba. Di sini hanya ada dia dan maid tersebut, Mirabell meminta agar dia dijaga satu maid saja. Dia merasa kasihan karena mereka terus berdiri pasti pegal sekali. Mirabell menoleh lalu mengamati gadis di hadapannya ini. Dia sepertinya lebih muda dari Mirabell.
“Namamu siapa?” tanya Mirabell. Maid itu menunduk tak berani menatap Mirabell.
“Brita,” gumamnya.
“Nama yang bagus. Apa aku benar-benar harus menikah dengan Hezelbrian? Kenapa dia seperti itu. Apa dia gila memaksa menikah orang lain seenak jidatnya,” gumam Mirabell dengan emosi. Napasnya naik turun saking emosi dengan kelakuan Hezelbrian.
“Tuan seperti itu karena masih belum bisa menerima kematian Nona Hefin adalah tunangannya yang meninggal setahun yang lalu. Sampai sekarang Tuan Hezelbrian masih belum bisa menerima kematian Nona Hefin. Dia punya satu penyakit yang bernama Bibible, sebuah penyakit yang membuatnya akan melihat seseorang sebagai Nona Hefin. Dan kebetulan dia melihat Nona seperti itu,” jelas Brita panjang lebar.
“Apa tidak ada jalan keluar? Aku tidak mungkin menikah dengannya, apalagi harus tinggal di sini, tempatku bukan di sini.” Ujar Mirabell putus asa.
Quantum Tetranum dan Dendrum, dunia ini bukan dunia Mirabell. Gadis itu tak tahu bagaimana bisa menjelaskan tentang Quantrum Tetranum dan Dendrum karena dunia ini seperti nyata namun kadang seperti ilusi karena Mirabell sadar dia harus pulang. Suatu hari dia harus meninggalkan ini semua. Karena itu dia hanya ingin damai sampai saat itu saja cukup. Tapi dia malah terjebak di sini dan pagi ini akan diadakan pesta pernikahnnya dengan Hezelbrian. Ini benar-benar di luar dugaannya.
“Maafkan saya, Nona saya tidak bisa membantu banyak. Aku harap Nona bersabar,” gumam Brita.
Mirabell tersenyum pahit, “Gak papa, terima kasih karena kamu sudah mendengarkanku,” gumam Mirabell tulus. Setidaknya Mirabell lega karena ada seseorang yang mendengarkannya. Pasti ada cara. Mirabell berjalan ke dekat jendela dan memandang keluar.
Pagi mulai menjelang dengan siluet warna oranye di ufuk timur. Apakah ini akhir dari hidupnya. Haruskah Mirabell menerima semua ini? Tapi ini sulit. Mirabell masih mau melakukan banyak hal sebelum menikah. Dan dia tidak bisa menikah sekarang.
“Apa tidak ada jalan rahasia keluar dari sini, Brita?” Tanya Mirabell. Gadis itu menggeleng.
“Kastil ini dibangun oleh Tuan Hezelbrian dia menutup semua jalan keluar sejak Nona Hefin berusaha kabur dari sini. Jadi tidak ada jalan keluar,” gumam Brita memupuskan harapan Mirabell.
“Lalu apa yang bisa kulakukan, Brita?” gumam Mirabell menarik napas penuh dengan tekanan. Dia ingin menangis sekarang. Dia benar-benar ingin pergi dari sini.
“Satu-satunya cara adalah Nona bicara dengan Hezelbrian dan sadarkan dia bahwa Nona bukan Nona Hefin. Mungkin saja Hezelbrian akan melepaskan Nona,” gumam Brita.
Bicara dengan Hezelbrian? Bahkan untuk dekat dengannya saja Mirabell takut. Lelaki itu memang tampan tapi mengerikan. Tapi haruskah dia bicara dengannya? Apa Hezelbrian akan mengabulkan keinginannya atau justru dia akan mengalami nasib sama seperti Hefin? Mirabell benar-benar buntu tak ada jalan untuk keluar dari sini. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan sekarang adalah berdoa berharap seseorang akan menyelamatkan dirinya, “Steve kau dimana?” Gumam Mirabell dengan putus asa. Dia mengharapkan lelaki itu akan ke sini dan membebaskan dirinya.