Mirabell dan Hexa saling tatap tak percaya. Tak ada penjelasan yang masuk akal. Bagaimana mungkin Mirabell bisa membuka pintu ini padahal dia bukan keturunan Vrivren yang mampu membukanya. Dia juga bukan Vrivren. Tapi dia senang akhirnya ada jalan untuk keluar. Begitu juga dengan Hexa.
"Mirabell, kok malah melamun sih?" Hexa mencolek bahu Mirabell karena sedari tadi gadis itu melongo.
"Kok bisa?" Tukas Mirabell tak percaya. Hexa mengangkat bahunya.
"Itu tidak penting sekarang, Mirabell. Yang terpenting sekarang adalah keluar dari sini dulu," gumam Hexa menarik tangan Mirabell keluar dari Higrid. Keajaiban benar-benar terjadi. Mirabell sempat membayangkan dirinya pingsan karena tersetrum dan mendapat kutukan. Tapi Mirabell lega itu tidak pernah terjadi. Gadis itu senang sekali.
Hexa menarik Mirabell dan berjalan ke arah seekor kuda. Hexa membawa Mirabell ke hadapannya, "Pergilah Mirabell," gumam Hexa yang memberi isyarat agar Mirabell lekas pergi dengan menggunakan kudanya. Hexa sengaja meminta pelindungnya untuk meninggalkan kudanya di sini. Entah kenapa dia punua firasat bahwa Mirabell bisa keluar dari sini. Gadis itu sengaja menolak untuk pulang dan menemani Mirabell. Hexa benar, Mirabell memang berbeda. Sekalipun bukan Vrivren tapi Mirabell punya kekuatan khusus yang gadis itu tidak menyadarinya. Dia adalah seseorang yang hebat.
"Aku harus naik kuda ini?" tanya Mirabell ragu. Hexa mengangguk. Seumur hidup Mirabell tidak pernah naik kuda sendiri. Naik kuda bukan hal mudah dan butuh keahlian. Dia pernah sekali naik kuda bersama Steve, itu pun bagaikan senam jantung baginya. Hexa menjawab pertanyaan Mirabell dengan anggukan.
"Kau tidak sedang bercanda kan?" Tukasnya bergidik ngeri membayangkan dirinya jatuh dari kuda.
Hexa menggeleng, "Kau tenang saja. Kudaku tidak akan membuatmu jatuh. Percaya saja padaku. Dia akan mengantarkanmu ke tempat tujuan bahkan tanpa harus kau beritahu kau mau ke mana," tukas Hexa.
"Apa ini kuda ajaib?" gumam Mirabell memandang kuda berwarna putih itu.
"Semacam itu. Jessi tidak akan menyakitimu," gumam Hexa yang menamai kudanya sebagai Jessi.
Hexa mengulurkan tangan untuk membantu Mirabell naik ke kudanya. Hexa sengaja meminta pelana kuda dari pelindungnya agar Mirabell nyaman menaikinya. Mirabell menyambut uluran tangan Hexa dengan ragu-ragu. Gadis itu naik dengan hati- hati.
"Kau hanya perlu memegang ini. Dan tarik tali kudanya pelan-pelan," tukas Hexa menyodorkan tali pengekang kuda pada Mirabell. Gadis itu menerimanya dengan perasaan was-was. Meskipun Hexa sudah meyakinkannya bahwa semuanya aman. Tetap saja itu masih menakutkan bagi Mirabell.
"Kau siap?" gumam Hexa. Mirabell memegang tapi pengendali kuda dengan erat namun berusaha untuk tidak menariknya kencang. Gadis itu mengangguk pada Hexa meski dia ragu akan sampai ke sana dengan selamat.
Hexa mengelus kudanya pelan, "Jessi, bawa Mirabell dengan baik. Jangan nakal," Hexa bergumam pada Jessi.
Hexa terlihat dekat dengan kudanya ini. Bagaimana bisa dia meminjami kuda kesayangannya ini pada Mirabell, gadis itu merasa berhutang banyak pada Hexa.
"Sampai bertemu lagi, Mirabell," gumam Jessi. Kuda itu berjalan pelan lalu berlari dengan kecepatan sedang. Jantung Mirabell berdebar kencang antara memikirkan keadaan Steve dan naik kuda yang terlihat mengerikan ini.
***
Mirabell berlari memasuki rumah Felix dengan emosi yang bergemuruh di dadanya.
Brak!
Mirabell membuka pintu dengan kasar. Empat pasang mata itu tengah memandang Mirabell dengan tatapan kaget.
"Mirabell, kenapa kau---" tukas Edmund tak percaya.
"Dimana, Steve!" Tanyanya dengan tergesa dan berteriak. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.
"Tenang Mirabell aku bisa jelaskan, " tukas Felix. Mirabell tak lagi bisa menerima penjelasan. Felix yang dia percaya justru tidak memberi tahu apa yang terjadi.
"Aku tidak butuh penjelasanmu, Felix. Katakan di mana Steve sekarang!" tanya Mirabell dengan perasaan menuntut dan buru- buru.
Bernald menghampiri Mirabell. Lelaki ifu mencoba menenangkan Mirabell, "Tenanglah dulu Abel, kita bisa bicara baik-baik," tukas Bernald memegang lengan Abel. Abel menepis tangan Bernald.
"Jika yang kau maksud mengurungku di Higrid, sengaja mengantarku ke sana demi kalian membawa Steve. Apa itu yang namanya baik-baik?"
Tes.
Setetes air mata meluncur dari pipi kanan Mirabell. Dia tidak dapat mengendalikan dirinya. Ini sakit. Setidaknya dia ingin mengucapkan selamat tinggal dengan benar. Mereka bahkan tidak memberinya kesempatan seperti itu. Mirabell kesal. Mirabell marah dan tentunya Mirabell putus asa.
"Sekarang katakan di mana, Steve!" Mirabell seperti tidak mau menerima penjelasan mereka.
"Baiklah, aku akan mengantarmu," gumam Reynald.
"Tapi Rey!" cegah Edmund. Reynald menatap Edmund dengan tatapan yang berusaha meyakinkannya.
"Tidak ada gunanya kita menyembunyikan ini dari Mirabell. Dia harus tahu apa yang terjadi," tukas Reynald.
Felix merasa sangat bersalah. Harusnya dia memberi tahu Mirabell. Tapi dia tahu gadis itu pasti akan sedih. Ketua berpesan untuk merahasiakan. Tapi entah darimana Mirabell mengetahuinya.
"Baiklah, segeralah bersiap. Aku akan menyiapkan kudanya," tukas Edmund. Sementara Bernald membantu menyiapkan bekal di perjalanan.
***
Hutan Gresia terletak cukup jauh dari sini. Mereka harus menyeberangi sungai, mendaki bukit yang tinggi selama dua hari untuk sampai di sana. Sebuah alam yang suci untuk menyembuhkan jiwa-jiwa yang sakit. Sebuah pengasingan untuk mereka yang butuh penyembuhan. Dan Steve ada di sana sekarang. Gresia dan segala misterinya. Pada akhirnya Reynald akan mengantar Mirabell ke sana.
"Berhati-hatiah memasuki hutan ilusi, Reynald," Felix berpesan pada Reynald. Lelaki itu mengangguk hal tersulit untuk sampai di Hutan Gresia adalah hutan ilusi. Hutan di mana ilusi seperti sebuah kenyataan. Hutan yang akan menyeret jiwa-jiwa dan tidak akan melepaskannya.
Felix mendekati Mirabell yang menatap ke arah luar dengan pandangan kosong. Pikirannya benar-benar kacau. Tidak seharusnya dia berteriak pada mereka. Tapi Mirabell terlalu emosi. Mirabell kini tengah duduk sambil menunduk.
"Mirabell," gumam Felix lirih. Lelaki itu mencoba bicara dengan Mirabell, meski agak sedikit menakutkan. Perempuan kalau marah benar-benar menakutkan.
"Maafkan aku," gumam Felix merasa bersalah, "aku tahu kamu marah padaku. Aku bermaksud menjelaskan ini setelah kau kembali dari Higrid. Aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya. Kau boleh marah padaku, aku akan menerimanya." Tukas Felix.
Mirabell diam. Felix menunggu jawaban Mirabell dengan hati bergemuruh. Felix benar-benar tidak tahu harus bagaimana agar Mirabell memafkannya. Lelaki itu tahu bahwa kesalahannya kali ini cukup fatal.
"Apa Steve sudah meninggal?" Lirih Mirabell dengan suara bergetar Mirabell menanyakan itu pada Felix. Felix terkejut. Darimana Mirabell tahu hal itu? Kini dia tahu kenapa Mirabell berlari ke sini dan nekat menerobos pintu Higrid.
"Tidak Mirabell, Steve baik-baik saja," tukas Felix yang membuat Mirabell bernapas lega. Perempuan itu menghapus air matanya. Benar-benar menyebalkan. Bisa-bisanya murid di Higrid bilang kalau Steve sudah meninggal. Felix menggeleng.
Felix mengeluarkan sesuatu. Sebuah batu berwarna biru safir. Lelaki itu memberikannya pada Mirabell, "Pegang ini dan panggil namaku jika dalam keadaan terdesak, aku akan hadir di sana," tukas Felix.
Mirabell menatap batu safir tersebut. Perempuan itu menerimanya tanpa banyak bertanya. Dia punya firasat bahwa dia akan membutuhkannya.
"Terima kasih," gumam Mirabell lirih. Gadis itu masih sedikit marah pada Felix.