“Makanlah.” Gumam Steve menyodorkan tumisan ke depan Mirabell. Mirabell mengamati sayur warna – warni di hadapannya. Dari penampilannya kurang meyakinkan. Namun ada satu hal yang menarik perhatian Mirabell. Apalagi kalau bukan piring dan sendok yang berada di hadapannya. Piring dan sendok ini terbuat dari kayu. Terlihat bersih dan menarik sekali.
Steve mengambil piring yang berisikan sayuran yang sama lalu duduk di hadapan Mirabell. Mirabell tampak enggan memakan apa yang di hadapannya. Mirabell tidak suka sayur dan dia jarang makan sayur.
“Jangan hanya kau lihat, cepatlah makan. Nanti dingin,” gumam Steve. Mirabell terjebak diantara rasa lapar dan kebiasaannya yang tidak suka dengan sayur. Namun rasa lapar dan bunyi di perutnya mengalahkan segalanya. Dia mengambil sendok lalu mulai memasukkan sayuran di hadaannya ke dalam mulutnya. Sebuah rasa yang aneh Mirabell rasakan saat mengunyah sayuran tersebut, meski dari penampilannya tida meyakinkan tapi rasanya enak.
“Enak kan?” Tanya Steve dengan penuh percaya diri. Mirabell mengangguk. Enak tidak enak yang terpenting sekarang adalah mengisi perutnya yang kosong. Mirabell memilih untuk tak banyak bicara dan menghabiskan makanannya. Steve pun menghabiskan makanannya dengan tenang dan tidak banyak bicara. Hari ini sudah melelahkan sekali baginya.
“Ceritakan padaku tentang Quantun Tetra, eng Tetra apa ya?” MIrabell menggaruk kepalanya mencoba mengingat sesuatu.
“Quantum Tetranum,” ralat Steve.
“Nah itu. Apa itu Quantrum Tetranum dan kenapa aku bisa berada di sini,” ujar Mirabell menghabiskan suapan terkahir makanan di piringnya.
“Ceritanya panjang sekali, kau mungkin akan mengantuk mendengarnya,” tukas Steve.
“Aku butuh tahu sebenarnya aku sedang berada dimana dan kenapa aku bisa ada di sini, jadi aku akan mendengarkanmu,” gumam Mirabell penasaran.
“Kau mungkin tidak akan percaya dengan ceritaku. Mending besok kau lihat sendiri Quantrum Tetranum seperti apa,” Steve menarik piring Mirabell dan menumpuknya dengan piring miliknya. Lelaki itu berdiri dan berjalan ke sebuah tempat dengan bambu panjang dan air jernih yang mengalir. Ada bak kecil di bawah, Steve berjongkok lalu meletakkan piring dan sendok ke dalamnya. MIrabell mengikutinya dari belakang.
“Kenapa harus menunggu besok, bukannya kau bisa menceritakan padaku sekarang?” desak Mirabell. Steve menggeleng dan mulai sibuk dengan piring-piring di hadapannya.
“Tidurlah, kau pasti lelah. Aku sudah membersihkan Baramp di sana,” Steve menunjuk sebuah dipan dari kayu dengan jerami yang ditumpuk yang biasa disebut Barami. Steve sempat membersihkan Barami selagi Mirabell mandi . Tak lupa dia juga menggelar alas yang bersih dan nyaman serta meletakkan alas kepala dan selimut dengan kain warna –warni.
“Aku belum mengantuk,” gumam MIrabell, “Jangan mengalihkan pembicaraan, ceritakan padaku apa itu Quantrum Tetranum?”
Steve meletakkan piring dan sendok ke tempatnya. “Sudah kubilang Mirabell, melihatnya sendiri lebih menarik daripada harus kuceritakan,” gumam Steve bersikeras tidak mau menceritakan apa yang terjadi.
Mirabell mengikuti langkah Steve, lelaki itu tetap tidak mau memberitahu Mirabella apa-apa, Tugasnya di sini hanya menjaga Mirabell, dia tidak perlu tahu sedang ada di mana dan kenapa gadis itu bisa ada di sini, karena itu pasti akan membuatnya sedih.
“Berhenti mengikutiku Mirabell,” tegur Steve. Mirabell tidak akan mendengarkan kata Steve kali ini. Dia harus mendapat penjelasan. Mirabell berharap hari ini adalah mimpi dan esok dia bisa melihat kembali senyum mama, papa dan juga Orion. Dia kangen keluarganya. Ini bukan tempat yang cocok untuknya. Dia kangen rumah.
“Ceritakan padaku dulu,” Mirabell menggeret ujung baju Steve. Lelaki itu menghela napas. Perempuan ini kenapa keras kepala sekali, Steve menarik napas dalam-dalam. Mirabell masih mondar-mandir kesana-kemari mengikuti Steve membuat lelaki itu merasa risih.
“Sudah kubilang berhenti mengikutiku,” Steve menyentil jidat Mirabell membuat gadis itu mengaduh kesakitan.
“Aku tidak akan menyerah sebelum kau ceritakan semuanya,” ujar Mirabell dengan wajah galak yang dibuat-buat.
“Apa kau akan mengikutiku terus seperti ini?” ujar Steve frustasi. Mereka berdebat layaknya anak kecil.
“Iya, memangnya kenapa?”
“Ke manapun?”
“Tentu saja,” gumam Mirabell yakin.
“Kalau begitu ayo ikut aku mandi,” Steve menarik tangan Mirabell. Refleks Mirabell menepis tangan Steve.
“Kau gila ya!” teriak Mirabell.
“Tentu saja tidak,” gumam Steve, “ kau sendiri yang bilang akan mengikutiku kemanapun,” tukas Steve.
“Tapi gak ke kamar mandi juga,” celetuk Mirabell. Gadis itu berjalan mundur. Steve tertawa. Untuk pertama kalinya Mirabell melihat lelaki itu tertawa. Dia terlihat bahagia bisa menjahili Mirabell.
“Tidur saja, ini sudah malam,” gumam Steve sambil mengacak rambut Mirabell. Duh Gusti, disuguhi wajah tampan dan senyum yang menawan dari Steve sangat tidak baik untuk kesehatan jantung Mirabell. Sepertinya Mirabell harus jauh-jauh dari Steve, Namun pesona Steve memang tidak bisa ditolak sih. Dia terlau mempesona.
Steve berjalan ke kamar mandi dengan berbagai pemikiran di kepalanya. Dia menekan jantungnya sendiri. Perasan apa ini? Sudah jelas bahwa dia tidak berhak memiliki getaran ini di dalam dadanya. Namun dia tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri. Steve menggeleng. Dia tidak bisa larut dalam perasaan ini karena dia tidak ingin kehilangan seseorang lagi. Steve tidak boleh jatuh cinta pada Mirabell. Lelaki itu tahu betul apa resiko paling besar yang harus dia terima jika dia mencintai seseorang.
Steve berjalan keluar kamar mandi dan mengusap rambutnya yang basah dengan sehelai kain. Dia memakai baju lengan pendek yang jahitannya tidak rapi. Langkahnya membawanya pada seorang gadis yang tengah meletakkan kepalanya di atas meja. Gadis itu tampak memejamkan mata.
“Mirabell apa kau tidur?” Tanya Steve. Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tidak membutuhkan jawaban. Steve mendekati Mirabell dengan pelan. Lelaki itu menarik kursi di hadapannya. Dia benar-benar sudah tidur.
Steve menyibak pelan rambut Mirabell. “Esdromo viantrus briminidrovod de ercras,” gumam Steve membaca sebuah mantra lalu mengusap rambut Mirabell dengan lembut. Steve terkejut ketika gadis itu menggeliat dan bergumam tak jelas.
“Ma, Pa, Kak Rion, aku kangen,” gumum Mirabell lirih. Sebuah air mata jatuh di pipi Mirabell. Gadis itu benar-benar merindukan keluarganya sekarang. Steve menatap iba. Dia tahu bahwa Mirabell tidak bisa kembali sekarang. Lebih tepatnya tidak akan bisa kembali saat ini. Itu semua demi kebaikan Mirabell. Steve bersumpah bahwa dia akan melindungi gadis itu selama dia berada di Quantrum Tetranum.
“Aku akan melindungimu, jadi tetaplah disiku,” lirih Steve. Ini janji Steve yang akan dia tepati meski dia harus mengorbankan nyawanya sekalipun. Dia tidal ingin mimpi buruk itu terjadi lagi. Namun ada satu hal yang sedang Steve pikirkan, bagaimana dia bisa menjaga gadis ini? Untuk pertama kalinya dia bertemu dengan Mirabell yang cerewet, keras kepala. Dia mengingatkan Steve pada seseorang. Andai hari itu dia tidak meninggalkannya. Andai detik itu dia memilih bersamanya, mungkin sampai sekarang dia masih bisa bersamanya. Steve tidak akan gagal lagi. Dia tidak akan membiarkan seseorang pergi lagi.