Balas Dendam Reynald

1131 Kata
Reynald memasuki rumahnya dengan wajah lelah. Dia menyalakan lilin lalu berjalan menuju Barami. Lelaki itu merabahkan tubuhnya di sana. Belum sempat Reynald memejamkan mata Felix muncul dan mendekati Reynald. “Dari mana saja kau, Rey?” gumam Felix. Reynald tak menjawab. Tubuhnya benar-benar lelah. “Aku sedang ingin tidur sebaiknya kau kembali nanti,” Reynald mendorong Felix untuk menjauh. Felix datang ke rumah Reynald dengan alasan ingin bicara dengan lelaki itu. Tapi sepertinya Reynald benar-benar lelah jadi Felix mengurungkan niatnya. “Baiklah aku akan kembali nanti,” kata Felix meninggalkan Reynald sendiri. Bukan tanpa alasan kenapa Reynald menghilang beberapa hari. Dia sudah memberikan kejutan untuk Mirabell. Lelaki itu akan memberikan pelajaran pada gadis tak tahu terima kasih itu.                *** Mirabell berjalan ke rumah Reynald dengan perasaan takut dan berdebar. Dia akhirnya bisa menyelesaikan pembuatan anak panah dengan bantuan Felix. Mirabell sebenarnya ingin minta bantuan Felix untuk menemaninya, namun Felix sedang menyelesaikan pesanan anak panah untuk para penjaga. Jadi dia tidak bisa mengantar Mirabell. Sementara Edmund sibuk merangkai dan menanam bunga di sekitar rumahnya. Kalau Felix terkenal ahli dalam merangkai bunga, maka Edmund sangat pandai merangkai bunga. Dia tahu segala jenis bunga baik yang beracun maupun tidak. Banyak sekali bunga di sekitar hutan ini. Mereka tumbuh dengan indah meski tidak terawat. Mirabell sangat menyukai bunga. Biasanya dia membeli bunga dengan Ana, sang mama. Mereka menatanya dalam vas bersama. Kegiatan merangkai bunga adalah salah satu hal yang disukai Mirabell. Mirabell ingin meminta Steve mengantarnya, tapi laki-laki itu selalu berangkat pagi dan pulang petang. Ini pertama kalinya Steve mengizinkan Mirabell pergi sendiri. Sebelum pergi Steve memberikan sebuah kalung yang terbuat dari tali tipis dengan bandul berbentuk bunga krisan. “Apa ini?” Gumam Mirabell dengan tatapan polos. “Hadiah, makasih untuk semalam,” gumam Steve. Pipi Mirabell memerah ketika mengingat semalam mereka berpelukan karena Steve menangis. “Maksudku terima kasih sudah menenangkanku semalam,” gumam Steve sebelum Mirabell salah paham. Kata terima kasih untuk semalam sepertinya terlalu ambigu untuk diartikan, jadi Steve menjelaskan kembali. “Oh,” gumam Mirabell. “Kau suka?” Tanya Steve. Mirabell mengangguk. Meski bukan kalung yang terbuat dari emas ataupun berlian namun kalung ini sangatlah indah. Mirabell tersenyum ke arah Steve. "Makasih," gumam Mirabell sambil tersenyum tulus. Kalung itu benar-benar cocok untuk Mirabell. Steve sengaja membelinya di pasar kemarin. Sebenarnya ada fungsi lain dari kalung ini tapi Steve sengaja tidak memberi tahu Mirabell. "Mulai sekarang kau boleh pergi keluar sendiri, asal jangan jauh-jauh, dan jangan melewati batas Quantrum Tetranum." gumam Steve. Beberapa waktu yang lalu Steve sempat menunjukkan batas yang tidak boleh dilalui Mirabell dari hutan ini. Dia sempat mengajak Mirabell jalan-jalan. Steve tidak ingin kehilangan kedua kali. Karena itu jangan sampai Mirabell masuk ke wilayah Dendrum dan menyebabkan Steve harus kehilangan lagi. Dia harus bisa menjaga Mirabell sampai saatnya pulang nanti. "Kenapa tiba-tiba kau mengizinkanku keluar? Apa kau ingin segera mengusirku dari Quantrum Tetranum?" Tanya Mirabell yang langsung mendapat jentikan di jidat dari Steve. "Bukan seperti itu Mirabell. Kemarin kau mengeluh pada Bernald bahwa kau ingin jalan-jalan sendiri. Tapi aku selalu mengurungmu di rumah. Aku hanya ingin memberimu kebebasan sebelum kau pulang nanti," kata Steve dengan sedikit kesal. "Terima kasih kalau begitu," kata Mirabell sambil tersenyum lebar. Hari ini Mirabell ingin menemui Reynald dan meminta maaf. Namun langkahnya terhenti di depan pintu rumah lelaki itu. Mirabell kembaliu bimbang, dia takut jika Reynald masih membencinya setelah kejadian itu. "Apa dia akan memaafkanku? Duh kalau dia masih marah gimana," kata Mirabell sambil menggigit jarinya. Perempuan itu benar-benar bingung. Dia tak tahu bagaimana mengawali acara minta maafnya dengan Reynald. "Ah, yang penting aku sudah mencoba untuk meminta maaf,"  Mirabell mencoba meyakinkan dirinya. Gadis itu mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu. Baru saja tangannya akan menyentuh pintu dari kayu itu, pintu rumah Reynald terbuka dan menampilkan sosok pemilik rumah. "Sedang apa kau di sini?" gumam Reynald tak suka. Keberanian yang dikumpulkan Mirabell untuk bicara dengan lelaki ini mendadak menguap begitu saja. "Maksudku, Mirabell kau sedang apa," gumam Reynald dengan nada yang lebih lembut. Mirabell gugup. Lidahnya kelu.  "Apa kau mau masuk?" Tawar Reynald. Mirabell merasa asing. Pria ini rasanya bukan seperti Reynald yang biasanya. Tatapan Reynald selalu dingin jika bertemu dengan Mirabell. Tapi lelaki ini kenapa terlihat lebih lembut? Apa Reynald sudah berubah? Apa lelaki itu sudah memaafkannya.             *** "Masuklah aku tidak akan menyakitimu. Justru aku akan minta maaf padamu," Reynald membuka pembicaraan. Lelaki itu masuk ke dalam rumahnya diikuti dengan Mirabell. Rumah Reynald hampir mirip dengan rumah Steve. Rumah-rumah di sini terbuat dari bambu dengan atap jerami. Sangat sederhana namun bersih dan nyaman. Reynald berjalan menuju dapur, membuatkan teh untuk Mirabell. Gadis itu duduk di meja makan sambil mengamati sekitar tanpa rasa curiga. "Aku baru saja akan mencarimu tapi kau datang sendiri ke perangkapku," batin Reynald dengan seringaian di wajahnya. "Kau bicara sesuatu?" Ujar Mirabell. Reynald berbalik dan membawa dua gelas minuman, lalu meletakkannya di atas meja. "Tidak. Aku dari tadi tidak mengatakan apa-apa," bohong Reynald sambil tersenyum. Mirabell menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Mungkin tadi dia salah dengar. Tapi dia jelas mendengar Reynald bergumam tentang sesuatu.  Reynald menggeser salah satu cangkir ke arah Mirabell, “Minumlah " kata Reynald sambil menyunggingkan senyum. Entah kenapa Reynald murah senyum sekali hari ini. "Apa kau sedang sakit? Kenapa kau banyak tersenyum hari ini?"  kata Mirabell dengan perasaan takut. Reynald tidak terlihat seperti biasanya. "Aku baik-baik saja. Kau pikir aku tidak bisa tersenyum?" celetuk Reynald. "Bukannya tidak bisa. Hanya saja aku selalu melihatmu dengan wajah dingin. Hehe. Oh ya aku ke sini untuk memberimu ini. Aku minta maaf. Harusnya aku tidak mengusirmu malam itu dan menyebabkan kau dan Steve bertengkar. Aku mohon maafkan aku. Aku hanya sedikit tidak nyaman denganmu jadi aku bersikap berlebihan." ujar Mirabell dengan tulus. "Memaafkanmu? Kau kira akan segampang itu, hah! " Batin Reynald. Tentu saja dia tidak akan semudah ini memaafkan Mirabell. Mirabell menyerahkan anak panah yang dibuatnya pada Reynald. Lelaki itu memandangnya dengan wajah datar. "Kau tidak perlu membuatkan ini, aku bahkan sudah memaafkanmu.” "Benarkah?" gumam Mirabell dengan mata membulat. "Tentu saja. Makasi untuk ini, kata Felix kamu membuatnya sendiri," gumam Reynald menerima anak panah pemberian Mirabell. "Hehhehe, iya. Maaf kalau gak bagus. Tapi aku harap kamu suka," Mirabell menyunggingkan senyumnya. "Jelas tidak, anak panah ini justru akan kugunakan untuk menyingkirkanmu Mirabell," gumam Reynald dalam hati. Mereka pun mengobrol beberapa saat. Ternyata Reynald tidak sekaku itu. Dia juga bisa tertawa dan bercanda. Mirabell merasa senang akhirnya dia bisa berteman dengan Reynald. "Minumlah kau pasti haus," gumam Reynald. Mirabell mengangguk. Gadis itu mengambil gelas dari bambu di hadapannya lalu meminum isinya hingga tinggal setengah. Mereka kemudian mengobrol lagi. Mirabell tiba-tiba memegang kepalanya. Rasa sakit dan nyeri tiba-tiba membuat pandangannya menjadi kabur. Tepat sebelum semuanya gelap Mirabell bisa melihat wajah itu, wajah dingin Reynald yamg yang membencinya. Lelaki itu tampak menyeringai padanya seolah sedang merencanakan sesuatu yang buruk.      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN