Sembilan

1003 Kata
Akhirnya Regan bisa bernapas lega ketika ibunya melambai pergi setelah merecoki Regan dengan ocehannya. Ia kira setelah merencanakan hal ini petuah antah berantah itu akan menghilang dari muka bumi, tetapi nyatanya ibunya tetap menceramahi Regan untuk segera menikah. Lebih parah sekarang ia disuruh menikahi Siti secepatnya. Regan sudah membicarakan bahwa ia tidak akan tergoda dengan tubuh kecil kerempeng itu. Kenapa ibunya begitu khawatir jika ia melewati batas sampai menodai Siti seperti apa yang dulu Bara lalukan pada Ratna. Sudah pasti itu tidak akan terjadi. Dia masih normal, Regan tidak menyukai anak kecil seperti Bara yang rela menghalalkan segala cara demi memuaskan nafsu bejatnya. Wanita yang selalu Regan tiduri kebanyakan wanita dewasa yang pasrah dan menginginkan satu sama lain. Seks mereka bukan berasal dari paksaan. "Sebenarnya apa yang ada di dalam otak wanita tua itu bisa-bisanya berpikir aku akan tergoda dengan Siti." Gerutuan Regan menggema sambil berdiri menyandarkan punggungnya di meja makan. Mata Regan sesekali melirik ke arah Siti yang sedang membersihkan beberapa debu di rak buku, terletak di dekat jendela yang mengarah pemandangan indah di sana. "Tidak ada yang bisa di banggakan. Sudah pendek, kerempeng dan ukuran dadanya saja masih rata." Meskipun ada beberapa yang menonjol dan sedikit mengusik Regan. Tetapi Regan tetap tidak tertarik untuk meniduri seorang bocah. Bisa hancur harga diri seorang playboy kelas kakap jika ia malah meniduri bocah seperti Siti. Regan tertawa menghina di dalam hati. Tentu saja itu tak mungkin terjadi. Regan menjatuhkan gelasnya di atas meja. Melangkah ke arah Siti dimana gadis itu tengah kesusahan membersihkan rak teratas padahal Siti sudah memakai bangku, tinggi badan gadis itu tetap tidak bisa mencapainya. "Siti turun nanti kamu jatuh," sanggah Regan saat gadis itu masih berusaha membersihkan lemari bukunya. Sampai bangku yang di pakai Siti terangkat-angat karena gerakan Siti yang berjinjit. Siti menoleh ke arah Regan. Gadis itu menggeleng sambil memamerkan senyuman manis yang membuat Regan mual melihat senyuman tersebut. "Siti harus membersihkan rumah ini sampai bersih Om. Om udah kasih Siti banyak uang. Bahkan sekarang Siti sudah bisa membeli keperluan sekolah Siti dengan uang pemberian Om. Siti bakal lebih rajin lagi Om kerjanya." "Ya tapi bukan seperti ini juga. Nanti kamu jatoh Bara akan menyalahkanku. Kamu tahu kan lelaki laknat itu menjagamu hampir sama gilanya seperti Ratna. Kalau kulit kamu tegores sedikit saja bisa-bisa Bara dan Ratna akan memenggal leherku." Siti terkekeh mendengar nada ketus yang dimuntahkan mulut Regan. Memang ia sih awalnya Siti sangat sulit untuk bisa tinggal di apartemen ini karena Tuan Bara sangat tidak mengizinkan. Tetapi untungnya Tante Devi bisa merayu suami kakaknya itu meskipun waktu yang diberikan Tuan Bara hanya 3 bulan saja. Sebelum Siti mempersiapkan dirinya masuk ke Universitas. "Ndak papa Om. Siti akan hati-hati. Bentar lagi pekerjaan Siti beres. Om istirahat saja mumpung hari libur Om." Helaan napas Regan terdengar. Siti benar-benar tidak mempunyai sifat penurut seperti Ratna. Gadis ini keras kepala. Regan tidak berniat memberitahu Siti lagi. Terserahlah mau jungkir balik pun ia tidak akan peduli. Toh dia sudah memperingati Siti. Jika terjadi apa-apa dengannya. Jangan salahkan Regan karena ia tidak mau mencari masalah dengan Bara. Sesaat Regan akan melangkah ke arah kamarnya tiba-tiba suara jeritan kaget Siti terdengar. Regan yang terkejut dengan itu segera berbalik untuk melihat keadaan Siti. Namun yang didapat tubuh mungil itu malah oleng lalu tanpa bisa dicegah tubuh Siti menimpa tubuhnya dan mereka berdua jatuh bersamaan ke arah lantai. Kedua bola mata Regan sontak terbelalak lebar sesaat ia merasakan tubuh Siti jatuh menimpa tubuh atasnya. Dan bibir bocah tengik itu pun malah ikut terjatuh, begitu sial karena bibir itu harus mengenai bibirnya. Sesaat napas Regan tercekat di tenggorokan. Kembali merasakan bibir mungil Siti. Rasanya masih terasa berbeda. Membuat Regan mulai melupakan kepercayaan dirinya tentang tidak akan pernah tergoda dengan tubuh Siti nyatanya kini ia sedikit tergoda untuk mencicipi bibir gadis ini lebih dalam. Ketika Siti dengan wajah terkejutnya bermaksud bangkit dari tubuh Regan lelaki itu tidak bermaksud sama. Tangannya menekan kepala Siti dan bibir lelaki itu mulai bergerak melumat bibirnya. Tidak cukup sampai di situ. Regan menggulingkan posisi tubuh mereka. Sehingga ia berada di atas, menyesap dan melumat bibir Siti dengan rakus. Menjelajah rasa yang tak pernah ia temukan sebelumnya ketika berciuman dengan wanita. Siti tidak membalas ciuman Regan, gadis amatiran itu hanya bisa terdiam tanpa berkedip saat lidah Regan berbuat onar di dalam mulutnya. Namun entah kenapa Regan mulai merasakan sesuatu yang mengeras di pangkal pahanya. Meskipun tidak ada balasan liar seperti apa yang mantan kekasih Regan lakukan saat berciuman. Tetapi Siti mampu membangkitkan langsung gairahnya. Regan melepaskan ciuman lalu menatap Siti yang terengah di bawahnya. Tersadar dengan apa yang ia lakukan. Regan buru-buru menyingkir dari atas tubuh Siti. Menatap tak percaya dengan kejadian yang barusan ia lakukan. Siti sendiri memilih untuk bangkit terduduk sambil menyentuh bibirnya. Terasa sedikit perih karena Regan menggigit bibir itu di sela sesapannya tadi. Sedangkan Regan langsung berdeham untuk menguarkan kecanggungan yang mencekik lehernya. Ia tidak mau Siti berpikiran yang tidak-tidak dengan tindakan bodohnya. Regan masih yakin bahwa ia masih normal. Ia tidak tertarik sedikit pun pada Siti. "K-kamu jangan salah paham. Tadi itu kecelakaan. Jadi jangan berpikir aku tertarik dengan tubuhmu okay." Siti masih diam. Terlalu terkejut dengan insiden ciuman yang baru saja Regan lakukan. Baru kali ini Siti merasakan lidahnya di sedot brutal dan sesuatu yang terasa begitu menyeramkan menusuk pangkal pahanya. Siti buru-buru bangkit berdiri. "S-siti mau belajar Om. Siti ke kamar dulu." Sebelum Regan membalas ucapannya. Siti sudah terlebih dahulu berlari terbirit dari sana. Regan melongo menatap kepergian Siti yang tertelan pintu kamar. Mendesah kasar dengan denyutan sakit di kepala. "Kok bisa ya gue cium Siti?" Tatapan Regan masih terlihat tidak percaya dengan perbuatan tak masuk akal yang ia perbuat sendiri. Regan menggeleng mengenyahkan pemikiran buruknya. "Mungkin karena gue udah lama gak tidur sama cewek. Ya pasti karena itu. Mana mungkin gue tertarik dengan bocah tengik seperti Siti. Sampai kiamat pun gue tetep suka cewek bohai bukan cewek papan triplek kayak Siti." ---- Untuk yang penasaran bisa beli versi fullnya lebih dulu ya. bisa juga order pdf judul yang lain, pemesanan bisa langsung chat wa author 081386873949.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN