Delapan

1144 Kata
Regan menatap Siti heran saat gadis itu terlihat canggung dengannya. Apa karena kejadian tadi? Padahal Regan hanya ingin membuat Siti sadar bahwa jiwa matrenya itu malah membuat ia semakin jengkel pada Siti. Regan sengaja melakukan hal tersebut agar Siti tidak seberani itu padanya. "Siti." Siti terlihat tersentak dengan panggilannya dan Regan tidak mau peduli. Lelaki itu mencoba mengarahkan Siti lewat jemari tangannya untuk mendekat. "Sini." Dengan ragu Siti mendekati Regan. Gadis itu berdiri di sebelah Regan dengan tatapan polosnya. "Kenapa Om?" "Nanti Mama ke sini. Kamu harus pura-pura bahwa kita benar-benar calon suami istri. Aku tidak mau Mama curiga dan membuat semua rencanaku menjadi kacau mengerti?" Gadis itu langsung mengangguk mengerti. "Siti akan berakting seperti pelakor di sinetron Om." Kening Regan mengerut mendengar ucapan Siti yang mulai kembali tak masuk akal? Apa maksudnya berakting seperti pelakor di sinetron? "Akting jadi pelakor?" "Iya Om. Biar Tante Devi ndak curiga. Siti liat akting pelakor Bagus Om saat ngambil hati ibu mertua dari istri pertamanya. Siti pasti berhasil kalau ngikutin akting seperti itu kan Om." Lagi-lagi Regan mendesahkan napas lelah. Heran dengan otak dugong anak kecil ini. Padahal Bara sudah menyekolahkannya di tempat terbaik dan katanya Siti juga cukup berprestasi di bidang akademik tetapi kenapa Regan malah menangkap bocah tengik ini begitu bodoh sama bodoh dengan kakaknya. Regan memutuskan berdiri. Ia mengibaskan tangannya tanda menyerah di depan Siti. "Terserah kamu saja mau akting jadi nenek lampir pun terserah. Yang penting Mamaku tidak curiga dengan perjanjian kita." Setelah mengucapkan itu Regan berlalu ke arah kamarnya meninggalkan Siti yang terlihat tersenyum riang kembali. Siti tadi cukup was-was karena Om Regan menyinggung tentang pekerjaan sugar baby yang harus memuaskan hasrat. Siti tahu arti kata memuaskan hasrat itu karena Diana menjelaskannya dengan detail. Dan Siti tidak berniat melakukan hal mengerikan tersebut. Ia pernah mencoba merayu Regan dengan memberikan bibirnya sebagai imbalan karena Siti tidak tahu harus melakukan apa. Sedangkan di sisi lain ia tidak ingin harga diri mbaknya terus di injak hina oleh nyonya kaya yang merangkap sebagai mertua kakaknya. Meskipun Nyonya itu tidak mempermasalahkan lagi status Mba Ratna menjadi istri Tuan Bara tetapi tetap saja jiwa tengilnya tidak bisa dihilangkan. Makannya Siti berusaha untuk tidak menjadi beban kakaknya. Agar nenek sihir itu berhenti mengoceh kalau ia dan bapaknya hanya menjadi beban di kehidupan Tuan Bara. Siti juga bisa mencari uang. Dengan menjadi sugar baby dan calon istri pura-puranya Om Regan. *** Bu Devi dengan penuh keanggunan mengunjungi apartemen Regan. Ia hanya ingin memastikan keadaan Siti baik-baik saja. Regan orangnya gampang kesal, meskipun Cinta jika lelaki itu sedang kesal ia tidak memikirkan apa pun yang akan berdampak dengan ocehan tajamnya. Jadi selagi Siti di sini Bu Devi akan sering memantaunya agar Siti tetap mau menjadi istri anaknya. Sudah lelah ia menunggu pernikahan Regan yang tak ada hilalnya sedikit pun. Ketika ia melihat kesungguhan Regan mencintai gadis kecil itu membuat Bu Devi semangat. Ia mendukung Regan kali ini. Karena ia pun sangat menyukai Siti. "Tante," seru Siti saat pintu terbuka. Bu Devi dengan senyuman penuh keibuannya segera memeluk Siti dengan erat. "Gimana kamu betah gak tinggal di sini?" Mereka berjalan beriringan sedangkan tangan Siti membantu membawakan barang bawaan yang ada di tangan Bu Devi. "Siti betah Tante. Om Regan juga baik sama Siti." "Dia pasti baik karena dia menyukaimu. Ah Tante jadi gak sabar pengen liat kalian bersanding di pelaminan secepatnya." Bu Devi berhenti berjalan. Pakaian gelamornya terlihat berkilau di mata Siti dan wajah Bu Devi juga masih terlihat sangat cantik. Wanita itu kemudian mulai mendekati Siti dengan gerakan rahasia. "Gimana kalau kalian menikah dulu. Nanti setelah menikah dan punya anak baru kamu bisa melanjutkan sekolah setinggi-tingginya biar Regan yang menanggung semua biaya. Kayaknya lebih baik seperti itu soalnya Tante udah gak sabar." Siti mengerjap kaget dengan penuturan wanita paruh baya di depannya. Bola mata Siti berpencar mencari alasan yang sekiranya Bagus untuk di muntahkan. Om Regan hanya berpura-pura menyukainya. Bahkan lelaki itu menyuruh Siti untuk menolak lamarannya suatu saat nanti. Tante Devi tidak boleh menikahkan merka saat ini karena Om Regan pasti akan marah. "Siti..." Gadis itu masih mencari jawaban yang pas. "Kamu jangan bingung untuk urasan Bara biar Tante yang atur. Kalau nikah sama Regan kamu nanti banyak keuntungan. Tiap bangun tidur lihat wajah gantengnya, apalagi nanti kamu akan di perlakukan romantis, makan malam yang enak di restoran mahal. Dan satu hal lagi Regan pemain wanita handal kamu pasti akan puas dengan permainannya Sayang." "Permainan?" kening Siti mengerut saat mendengar satu hal yang disinggung wanita paruh baya ini. "Permainan apa Tante?" Bu Devi terlihat menutupi tawanya dengan sebelah tangan saat melihat tampang Siti yang sangat tidak mengerti dengan apa yang sedang ia maksudkan. "Kalian udah berciuman belum?" Siti refleks meneguk salivanya gugup saat Bu Devi bertanya hal seperti itu. Ciuman? Siti pernah merasakan bibir Om Regan entah itu disebut ciuman atau bukan. Yang pasti kata Diana yang namanya ciuman harus bibir bertemu dengan bibir. Dan itu yang pernah dilakukan Siti pada bibir Regan. Mempertemukan bibir mereka. Siti kemudian mengangguk malu. "Sudah Tante." Senyuman Bu Devi terlihat semakin semringah. "Bagus, kamu harus sering menggodanya. Biar Regan ngebet pengen nikahin kamu." "Ma!" Suara melengking Regan tiba-tiba terdengar menghancurkan obrolan serius para wanita itu. Regan keluar dari kamar dengan wajah kurang menyenangkan. Bu Devi yang melihat wajah jengkel putranya segera berpura-pura duduk di kursi ruang tamu. Seolah pembicaranya dengan Siti tidak pernah terjadi. "Oh Siti Tante bawa makanan buat kalian. Simpan di kulkas ya." Siti segera mengangguk berniat pamit untuk pergi ke dapur. "Baik Tante. Tante mau minum apa sekalian Siti buatkan." Bu Devi terlihat berpikir memilah apa yang ia inginkan di hari cerah seperti ini, sedetik kemudian Bu Devi berbicara menjawab pertanyaan Siti dengan senyuman. "Orange juice aja ya." Siti balik tersenyum. "Siap Tante. Siti buatkan dulu." Gadis kecil itu kemudian berlalu ke arah dapur meninggalkan Bu Devi bersama Regan yang sudah menghempaskan tubuhnya ke badan sofa. "Mama makin menyukai Siti. Gak sabar liat kalian menikah." Regan melirik ibunya. Wajah datarnya masih terihat. "Siti harus menyelesaikan kuliah dulu. Aku tidak mau menikahinya sebelum dia lulus." "Kalau gak nikah takutnya kamu ke goda Regan! Mama tahu nafsu kamu seperti apa. Mama gak mau ya kalau kamu merusak Siti seperti apa yang Bara lakukan pada Ratna!" Ancaman ibunya membuat Regan mendengus. "Mama tenang saja. Aku tidak akan tergoda. Aku sudah bilang kan pada Mama kalau aku Cinta sama Siti. Tidak mungkin lah aku merusak masa depannya." Siapa juga yang akan tergoda dengan tubuh anak kecil seperti Siti. Regan menyukai tubuh wanita dewasa bukan anak bau kencur seperti itu. Suara Bu Devi terdengar mendesah lega karena jawaban Regan. "Syukurlah kalau gitu. Jika kamu ketauan ngapa-ngapain Siti awas Mama tidak akan lagi bersabar akan langsung menyeret kamu ke KUA mengerti?" Regan memutar matanya malas. Sudah dibilang dia tidak tertarik dengan Siti bagaimana bisa ia melakukan tindakan tak senonoh pada bocah seperti Siti. Itu tidak akan terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN