Gedung kantor itu berdiri menjulang dengan elegansi yang memantulkan cahaya matahari siang. Di lantai tertinggi, di balik pintu kaca berlabel CEO Office, duduklah seorang pria yang tengah meremas pelipisnya mata fokus pada layar laptop, namun pikirannya sudah mulai meleleh oleh tekanan pekerjaan. Igo menghela napas panjang. Angka -angka di spreadsheet tak kunjung sinkron, laporan keuangan belum final, dan klien dari luar negeri terus menekan jadwal pertemuan. Semuanya menumpuk, menyesakkan. Rasanya dunia seperti ingin menguji batas kesabarannya. Lalu … pintu kantor terbuka. Meira masuk dengan langkah ringan, mengenakan setelan kerja hitam ketat dengan rok pensil dan kemeja putih yang sedikit terbuka di bagian atas. Rambutnya ditata rapi ke belakang, tapi beberapa helai sengaja ia biarka