Sudah dua minggu sejak mereka tiba di Singapura. Hari -hari berjalan damai, penuh kehangatan, canda, dan cita rasa nostalgia. Tapi di balik tawa dan obrolan ringan, ada satu percakapan yang terus berputar di kepala Igo. Dan pagi itu, sambil menyeduh teh untuk Meira yang masih tertidur, Igo memberanikan diri membuka topik itu. Saat Meira keluar kamar dengan piyama longgar dan rambut berantakan, Igo menyodorkan secangkir teh madu jahe dan mengusap punggungnya lembut. "Sayang, duduk sini dulu. Mas mau ngomong serius." Meira duduk, menggenggam cangkir hangat. "Apa, Mas? Jangan bilang kamu ngidam lagi." Igo tertawa kecil. Tapi tatapannya tetap serius. "Nggak. Tapi ... Mas udah pikirin ini sejak lama. Dan sekarang Mas yakin." Meira menatapnya, menunggu. "Mas mau kamu resign dari kantor."