54

1364 Kata

Hari -hari berlalu, dan Naya membuktikan bahwa dirinya memang pilihan tepat. Ia gesit, cekatan, dan selalu bisa membaca kebutuhan Igo tanpa harus diperintah berkali -kali. Setiap presentasi, proposal, hingga rapat penting, Naya selalu satu langkah di depan. Igo kagum, tapi tetap menjaga batas. Namun, bagi Naya, kekaguman Igo adalah celah. Awalnya biasa saja. Naya hanya menikmati rasa bangga setiap kali Igo memuji hasil kerjanya. Tapi lama-lama, pujian itu menghangatkan hatinya dengan cara yang berbeda. "Mas Igo selalu sopan, selalu menghargai kerja kerasku. Dia beda dari bos-bos sebelumnya." "Dia sabar, nggak pernah bentak. Dan … dia ganteng." Suatu sore, saat hujan turun perlahan membasahi jendela kantor, Naya membawa secangkir kopi ke ruangan Igo. "Pak, ini kopi hitam tanpa gula, k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN