‘Boleh saya menemui kamu… tanpa harus ada alasan, Nay?’ Kalimat itulah yang membuat malam ini Nayla berada di dalam mobil Rafa yang terparkir di depan rumahnya. Seusai rapat, lelaki itu langsung mendatanginya begitu Nayla mengirim pesan tentang apa yang Frian tanyakan padanya sore tadi. Awalnya Nayla hanya berniat menggoda, tidak pernah terbayang kalau Rafa benar-benar akan muncul di hadapannya, larut malam begini. “Kenapa diam saja? Pesanku pun tidak kamu balas,” tegur Rafa, suaranya terdengar ketus. Jemari Nayla erat menaut satu sama lain, gugup. “Kamu jawab apa si Frian?” desaknya tak sabaran. Nayla tetap bungkam, kali ini menggigit bibir bawahnya. “Nay…,” panggil Rafa lagi, suaranya melembut. Perlahan Nayla menoleh, menatap wajah Rafa. Untuk beberapa saat, keduanya hanya saling be

