Nayla tersentak bangun. Tubuhnya basah oleh keringat, napasnya memburu, dan jantungnya berdegup tak karuan. Mimpi itu—buruk sekali. Ia masih belum sepenuhnya sadar—menatap sekeliling, memastikan di mana dirinya. Saking kalutnya ia tak sadar Bhanu masih menangis. Tangis itu menyelamatkannya dari dunia gelap yang baru saja ia tinggalkan. Dengan cepat Nayla meraih Bhanu, membawanya ke dalam pelukan. Tubuh mungil itu terisak di dadanya. “Maafkan Bunda, ya, Nak,” lirihnya menenangkan. “Kenapa, Nak? Haus, ya? Bunda buatin s**u, ya,” bisiknya lembut, membelai rambut anaknya. Bhanu pelan-pelan tenang dalam dekapannya. Hanya dengan sentuhan Nayla, dunia kecil Bhanu kembali nyaman. Namun dunia Nayla sendiri masih porak-poranda. Selesai menidurkan Bhanu kembali, Nayla duduk diam dalam temaram ka

