Cumbuan ini, akan berakhir seperti apa? Sudah siapkah Nayla menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Raivan? “Nay,” suara Raivan memanggil lembut. “Nayla.” Dengan pelan, Nayla membuka matanya. Pandangannya menangkap sosok Raivan yang kini tengah bersimpuh di hadapannya, sementara tubuhnya sendiri masih terbaring di atas sofa. Ia buru-buru menelisik sekeliling, menatap tubuhnya yang masih lengkap tertutup pakaian. Ia bahkan masih berada di ruang tengah, bukan kamar. “Air hangatnya sudah siap. Mandi dulu, ya? Aku siapkan makan malam,” ucap Raivan, tenang dan hangat. Saat itulah Nayla sadar—apa yang baru saja ia alami hanyalah mimpi. Tapi ... kalimat Raivan, intonasinya, terasa begitu mirip dengan apa yang baru saja dialaminya dalam mimpi. Sebuah déjà vu yang menggetarkan. Nayla memainkan je

