Wira tidak tahu harus berbuat apa. "Enak tidak aku cium!?" Dina melontarkan pertanyaan itu dengan bibir tersenyum. Seakan yang dilakukan bukan sesuatu yang penting. "Hah! Kamu sadar?" Wira menatap Dina dengan sangat terkejut. Wira pikir tadi Dina mabuk karena kebanyakan makan petis. "Kurang ajar! Kamu pikir aku gila!?" Mata Dina melotot, selalu memukul bahu Wira dengan kuat. "Aku pikir kamu mabuk petis." Dengan jujur dan tanpa rasa bersalah, Wira mengatakan apa yang ia pikirkan. "Ih. Jadi kamu tadi tidak menikmati ciuman ku. Kalau begit ... hmmpp!" Mata Dina melotot. Tidak menyangka Wira akan menciumnya. Wira mengakhiri ciuman mereka. Wira membopong Dina masuk ke dalam kamar. Lalu membaringkan Dina di atas kasur "Tidurlah. Nanti aku bangunkan kalau waktunya makan siang." W