Wickley duduk tenang di dalam mobil hitamnya, sudah tiga jam lebih dia berdiam di sana. Mengintai seperti detektif pencari kebenaran. Matanya begitu jeli saat mengamati sedikit saja pergerakan di depan sana. Pria itu melirik jam tangannya, sudah pukul enam sore, tapi kenapa orang yang ditunggunya belum kelihatan juga. Wickley mulai gusar, stok sabarnya mulai menipis, sudah jelas dia bukanlah pria penyabar, hanya demi wanita itu dia rela menjadi seperti ini. Tepat pukul dua siang tadi, dia tiba di kota yang sama dengan wanita pujaannya. Hmm, benarkah dia memuja wanita itu? Wickley sendiri masih belum bisa memastikan perasaannya sendiri, dikhianati berkali-kali bahkan oleh orang yang sama membuat hatinya seakan mati rasa. Sulit baginya untuk meraba arti dari semua rasa ini dalam keadaan hat