“Kita tidak akan pisah ranjang atau pun kamar, Mas.” “Kenapa? Kamu bukannya tidak nyaman dekat denganku?” tanyanya. Kening Kaflin mengernyit bingung. Tadi Amira menolak dirinya, jelas membangun batas antara mereka lalu kini saat Kaflin sudah berpikir keras, walau sulit membayangkan pisah kamar. Tiba-tiba, Amira tidak mau. “Pokoknya ya tidak, Mas!” Tegas Amira. Sulit menjelaskannya. Hanya ia berpikir pisah ranjang apalagi kamar jelas bukan suatu ide bagus. Apalagi ini di rumah Lais, bagaimana jika esok hari terdengar sampai ke telinga orang tua Kaflin? Mereka akan tahu jika Amira dan Kaflin sedang dalam situasi hubungan dingin. Kaflin menghela napas, ia mengekori Amira menuju kamar mereka. Kaflin menutup pintu, “mau kamu sebenarnya apa, Ami?” Langkah Amira tertahan, ia kembali mengh