Tak menyangka jika mereka akan bertemu Jeni dan suaminya, Miko di sana. Hanya berdua, perasaan Ami mulai tidak baik. “Bisa kita bicara?” ajak Jeni. Kaflin tidak langsung menjawab melainkan berpandangan dengan sang istri, “Ami..” “Aurora sudah mengantuk,” Ami bukan mau menolak, tetapi sudah terlalu larut. Bahkan putrinya sudah mulai tidak tenang. “Lain kali, besok?” Jeni mendengarnya, memahami jika mereka bersama seorang bayi. Mencuri perhatian mereka. Bukan sekadar pertanyaan biasa, Jeni bertanya penuh harap pada Ami dan Kaflin untuk setuju tetap bertemu besok, bila tidak bisa hari ini. “Apa ada yang penting?” Kaflin malah memastikan. Jeni mengangguk, ekspresi serius tetapi tatapan matanya seolah menyiratkan sesuatu. “Sejujurnya kami datang ke Jakarta memang untuk menemui kalian