Mendapati tidur satu ranjang dengan Kaflin yang sudah jadi suaminya dalam kamar hotel membuat Pagi Ami terasa lebih spesial. Dia bisa merasakan terbangun dengan memandangi wajah seorang yang di cintainya. Berlama-lama, tak ingin sedetik saja melewatinya. Bukan yang pertama, sebelumnya Kaflin tertidur di ranjang yang Ami tiduri sampai pagi. Waktu itu juga berdebar, tetapi lebih didominasi perasaan terkejutnya. Walau tidak melakukan apa-apa, tetap saja tak seharusnya mereka tidur bersama. Beda dengan yang sedang terjadi pagi ini. Kaflin tidur terlentang, Ami memosisikan dirinya miring. Tatapan jatuh pada hidung yang menjulang tinggi sempurna, mengambil napasnya teratur, bibirnya yang menggoda itu rapat. Lalu mata Amira bergerak pada rahangnya yang tegas dan ditumbuhi rambut-rambut yang r