Seperti biasa, siang itu Azka tengah makan bersama dengan Farel di restoran terdekat dari kantor. Restoran yang sering digunakan oleh para staf dan pejabat penting untuk makan siang saat istirahat kerja. Tentu Farel tidak perlu mengeluarkan dompet untuk membayar tagihan makan. Selalu bos yang membayar. Azka menyantap cumi- cumi tanpa nasi dua porsi. Begitulah sosok Azka, yang selalu menyantap lauk tanpa nasi saat ia sedang tidak baik- baik saja. Meski sedang dalam mode kacau, namun ia tetap professional dalam bekerja. Semuanya berjalan lancar tanpa hambatan. Pekerjaannya tetap baik. Melihat cara makan Azka yang hanya menyantap lauk, Farel mengerti bahwa perasaan bosnya sedang tidak nyaman. Siapa lagi yang mengenal Azka dengan baik jika bukan Farel. Dia sangat tahu apa yang dirasakan