9. Mata-mata

1032 Kata
Pukul dua belas siang, jam istirahat membuat para pekerja berhamburan menuju food court. Tak terkecuali Xian dan Dino. Kali ini Xian memilih untuk menghindar dari Dino. Pasca Dino yang membantunya saat ditabrak oleh Sivana, Xian segera menghindari pria itu lagi. Setelah adegan ciuman itu, Xian sangat canggung dengan Dino. Dino sudah lancang menciumnya, membuat jantung Xian rasanya sangat berdebar-debar.  Xian duduk di kursi pojok yang ada food court kari kepala ikan, makanan kesukaan Xian. Sedangkan Dino duduk tak jauh dari Xian. Selama makan, yang mereka lakukan hanya lirik-lirikan. Sesekali Xian melirik Dino, tapi saat Dino juga menatapnya buru-buru Xian mengalihkan pandangannya.  Xian menusuk kepala ikan di piringnya dengan sumpit, Xian menusuk-nusuknya dengan kencang membayangkan kalau ikan itu adalah bibir Dino. Sedangkan di sebrang sana Dino menahan tawanya melihat Xian yang salah tingkah. Dino pikir Xian yang menyukainya itu hanya perasaan terlalu percaya dirinya semata. Namun saat melihat reaksi Xian tadi, Dino sangat yakin kalau Xian menyukainya.  "Profesor, sendirian? tanya seorang wanita merangkul bahu Dino. Dino menolehkan kepalanya, pria itu tersenyum sekilas lalu melepaskan tangan Sivana yang merangkul pundaknya. Tatapan Dino kembali mengarah pada Xian yang saat ini menyembunyikan wajahnya di buku yang gadis itu bawa.  "Prof, nanti aku ikut ke pabrik untuk sidak bersama tim kepolisian," ucap Sivana membuat Dino menelan dengan cepat makanan yang ada di mulutnya.  "Kamu tidak tau kalau aku sudah dipindahkan ke bagian kimia?" tanya Sivana saat melihat raut kaget dari Dino.  "Bagaimana bisa?" tanya Dino.  "Tentu saja bisa. Aku memiliki ilmu di bidang kimia juga, kamu lupa kalau kamu adalah mantan dosenku?" tanya Sivana dengan bangga.  "Aku tidak setuju kamu dipindahkan!" ujar Dino.  "Tidak setuju juga tidak akan mengubah apapun." Sivana berkata dengan bangga. Dino mengepalkan tangannya dengan erat. Dia tidak suka saat gadis pembuat ulah itu harus ada di tim yang sama dengannya. Dino yakin kalau kehadiran Sivana pasti akan membuat dirinya dalam kesialan.  "Silahkan dilanjut makannya, Prof!" titah Sivana. Dino berdehem sebentar, pria itu menghadap ke arah Xian, tapi ternyata Xian sudah hilang dari tempatnya. Dino celingak celinguk mencari keberadaan gadis itu, tapi di seluruh penjuru food court sudah tidak ada.  "Ada yang kamu cari?" tanya  Sivana. "Tidak," jawab Dino cepat. Dino segera menghabiskan makanan yang ada di piringnya. Setelah selesai, Dino menegag air mineral seraya berdiri. Jakun Dino yang naik turun membuat Sivana membasahi bibirnya sendiri. Penampakan Dino saat minum sungguh sangat sexy di mata Sivana. Sivana menggelengkan kepalanya, sejak insiden ciuman kemarin, Sivana sedikit terombang-ambing dengan fokusnya yang akan balas dendam.  Dino beranjak meninggalkan food court, buru-buru Sivana mengikuti langkah DIno. Sivana merangkul lengan kiri Dino yang membuat Dino lantas menghempaskannya, tapi Sivana tidak meyerah, Sivana kembali merangkul lengan Dino. Karena tidak mau berdebat, Dino pun membiarkan. Masih dengan ekspresi datarnya dan tanpa sepatah kata pun, DIno melewati lorong menuju laboratorium.  Sivana memegang erat lengan Dino, dalam hati Sivana bermonolog dengan dirinya sendiri. Andai dia menghancurkan Dino saat ini juga, mau dia apakan tubuh tanpa nyawa milik Dino? Dia kubur, atau dia awetkan dan akan menjadi kenang-kenangan bahwa dia pernah mengalahkan pria sombong mantan dosennya? Namun lagi-lagi akal sehat menginjak-injak pikiran buruk Sivana. Akal baik Sivana mengatakan kalau tidak ada gunanya balas dendam. Apalagi Sivana merasakan tangan Dino sangat hangat, pas banget untuk dia genggam.  Dino menuju laboratorium dan membukanya, di sana ada Xian yang tengah sibuk dengan Erlenmeyer yang gadis itu pegang.  "Ekheem ...." Dino berdehem untuk mengalihkan perhatian Xian. Dan benar, Xian langsung menolehkan kepalanya menghadap Dino. Namun fokus Xian ada pada lengan Dino yang dirangkul erat oleh Sivana. Menyadari arah mata Xian, buru-buru Dino segera melepas paksa rangkulan Sivana.  "Em ... Xian, ikut aku sekarang juga!" titah Dino dengan tegas.  "Ke pabrik?" tanya Xian.  "Iya, sama aku juga," sela Sivana sebelum Dino sempat menjawab. Xian menatap Dino dan Sivana bergantian. Xian pikir kalau dia hanya dengan Dino dan tim yang lain, tapi kenapa saat ini harus ada Sivana? Xian jadi tidak menyukai perempuan dewasa itu.  Langkah kaki Sivana yang pelan nan anggun mendekati Xian. Tangan perempuan itu dia masukkan ke saku, membuat Sivana tampak lebih berwibawa meski dia seorang perempuan.  "Kamu tidak memberiku selamat karena aku sudah tergabung dalam tim kalian?" tanya Sivana mengulurkan tangannya. Dino memicingkan matanya, dia melihat telapak tangan Sivana, ia masih trauma soal Sivana yang membaluri telapak tangannya dengan larutan kimia. Namun saat tidak melihat apa-apa di telapak tangan Sivana, Dino membiarkan Xian menjabat tangan itu.  "Eh, selamat!" ucap Xian dengan canggung. Xian menundukkan kepalanya, gadis itu bila disuruh berjuang untuk mendapatkan Dino, tanpa pikir panjang akan menyerah. Karena saingannya sangat jauh di atasnya. Sivana wanita dewasa, cantik, berkelas dan sepertinya sangat cerdas. Sangat berbanding terbalik dengan Xian yang bahkan tidak becus dalam melakukan apapun.  "Jadi pergi atau mau di situ sampai sore?" tanya Dino membuat Xian dan Sivana melepas jabatan tangan mereka. Xian melepas jasnya dan segera keluar dari laboratorium.  Dino menarik tangan Sivana agar langkah gadis itu sejajar dengan dirinya. Sedangkan Sivana berjalan mengikuti Dino. Panas, tentu saja perasaan Sivana sangat panas dan dongkol. Sivana mengambil hp yang dia letakkan di saku celanannya. Dia melihat angka-angka penuh kode yang dikirim adiknya. Itu adalah sandi rahasia yang hanya Sivana dan adiknya tau.  "Biodata Xian," ucap Sivana dalam hati. Sivana memandang punggung Xian dan Dino dengan tajam.  Selama ini Sivana paling tidak suka saat dikalahkan, dia ingin segalanya hanya berpusat pada dirinya.  Xian melirik Sivana yang berjalan di belakangnya, tiba-tiba Xian menjauhkan tubuhnya dari tubuh Dino. Gadis itu mendekati Sivana, membuat Sivana yang kaget pun langsung mengantongi hpnya.  "Miss Sivana," panggil Xian. Sivana menolehkan kepalanya, dia sedikit canggung saat Xian terlalu dekat dengan dirinya.  "Pernah meneliti bunga apa saja di hutan liar?" tanya Xian. Sivana mengerutkan alisnya saat mendengat pertanyaan aneh Xian. Jelas saja dia sudah banyak melakukan penelitian terhadap tumbuh-tumbuhan. Itu sudah makanannya sehari-hari.  "Kenapa?" tanya Sivana.  "Menurut Miss Sivana, bunga apa yang sangat cantik?"  "Banyak," jawab SIvana.  "Aku yakin, sebanyak apa bunga cantik di hutan, tetap cantik Miss Sivana. Ciuman Miss Siva kemarin bersama Prof Dino membuat aku yakin kalau kalian memang serasi," cerca Xian. Sivana menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba.  "Apa maksudmu?" tanya SIvana bingung. Xian mengamati seluruh gerak gerik Sivana, mata itu menatap saku celana Sivana yang menonjol berbentuk benda pipih menyerupai gawai. Xian mengusung senyum misteriusnya sebelum menepuk pundak Sivana dengan pelan. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN