Bab 1
"Nay, Nayara kamu mau kemana? "tanya Liora, kakak Nayara saat melihat Nayara seperti ingin pergi.
"Bukan urusan Kak Lio. " Jawab Nayara dengan nada malasnya.
"Nay, kamu itu sudah punya suami, malem-malem begini kamu masih keluyuran dengan pakaian yang tidak menghargai suami, "ujar Lio menegur Naya yang hendak keluar dengan penampilan seksinya.
" Kak Ezi aja tidak keberatan aku pergi, kenapa kak Lio jadi darah tinggi. Harusnya Kak Lio berterimakasih sama aku, setidaknya Kak Lio bisa bersenang-senang dengan Kak Ezi, "kata Naya penuh keberanian, membuat Lio langsung menampar pipi Naya cukup kuat, hingga membuat Naya benar-benar emosi, namun sebisa mungkin Naya tetap berusaha menahan emosinya agr tidak lepas kendali.
Pyar
"Jaga bicara kamu hanya karena cemburu buta mu itu. " Ujar Liora setelah berhasil menampar pipi Naya dengan kuat.
"Cemburu buta Kakak bilang? Aku tidak cemburu buta, memang selama ini Kak Lio memang ada hubungan kan sama Kak Ezi di belakangku, dan itu nyata, bukan karena aku yang cemburu buta! "teriak Naya sambil menunjuk wajah Lio, hingga Lio kembali menampar pipi Naya, dan kali ini lebih keras lagi dari yang sebelumnya, membuat Naya benar-benar sudah lepas kendali, sudah tidak bisa menahan emosinya.
"Jaga sopan santun kamu sama yang lebih tua, Nay. Sekarang kamu bukan anak kecil lagi, bedakan kelakuan mu sebelum menjadi seorang istri, dan setelah menjadi seorang istri! "kata Lio setelah menampar Naya, dan Naya yang kembali mendapat tamparan dari Lio menatap Lio mata yang terlihat sangat merah, namun sekuat Hati Naya tidak menjatuhkan air matanya.
"Harusnya Kak Lio saja yang menikah dengan Kak Ezi. Kak Lio bisa mengatakan pada keluarga Kak Ezi, kalau dalam pernikahan ini, hanya Kak Lio yang bersedia untuk menjadi seorang istri. Jadi kalian bisa bebas 'kan, bisa bermesraan dengan puas, dan tidak perlu bermain di belakangku seperti sekarang. " Ujar Naya yang masih belum menerima takdirnya sebagai seorang istri.
"Kalau bukan karena mereka yang menentukan siapa di antara kita yang akan menjadi istri Ezi, Tentu saja aku yang akan menikah dengan Ezi. Jadi yang patut dipersalahkan disini itu, adalah kamu! "kata Lio yang membuat Naya mengepalkan tangannya kuat karena menahan emosi, di mana ia begitu sangat merasa emosi saat Lio terus menyalahkan dirinya atas pilihan kedua orang tua Ezi.
Ya, memang benar apa yang dikatakan oleh Lio, kalau kedua orang tua Ezi memang memilih Naya untuk menjadi menantunya, yang awalnya Lio menganggap kalau dirinya yang akan menjadi menantu mereka, karena memang dirinya yang lebih tua diantara dua bersaudara dan tidak menyangka kalau ternyata kedua orang tua Ezi memilih adiknya.
Lio terus menyalahkan Naya atas terjadinya pernikahan mereka, itu karena kedua orang tua Ezi langsung menunjuk Naya untuk dijadikan seorang istri atau menantunya, dan Lio dapat melihat dengan begitu jelas seperti apa keinginan kedua orang tua Ezi dalam menginginkan Naya untuk dijadikan seorang menantu hingga Lio merasa harga dirinya hancur pada saat Naya melangkahi dirinya untuk nikah lebih dulu, terlebih Ezi adalah pria yang diinginkan oleh Lio.
Sebenarnya antara Lio dan Ezi tidak ada hubungan spesial, tapi Lio bermimpi untuk menjadi istri Ezi itu setelah Lio tahu kalau kedua orang tuanya yang bersahabat baik dengan kedua orang tua Ezi meminta kedua orang tua Ezi untuk menjaga kedua putrinya sebelum ia menghembuskan nafas terakhirnya karena sebuah kecelakaan, dengan dijadikan sebagai seorang menantu. Sejak itulah timbul perasaan atau keinginan Lio untuk menjadi istri Ezi.
Ezi yang mendengar suara cekcok di bawah atau perdebatan di bawah, langsung menuruni anak tangga dengan langkah terburu-buru, yang ternyata sesuai dengan dugaan Ezi, ternyata Naya dan Lio kembali bertengkar, dan itu karena soal pernikahannya.
"Kalau saja aku boleh memilih, aku tidak akan menikah dengan Kak Ezi, " kata Naya
"Kamu bisa katakan langsung pada dia, "kata Lio
" Aku tidak bisa bercerai dengan Kak Ezi, karena Kak Ezi sudah memilih aku, "kata Naya
" Kenapa tidak bisa, kalian kan tidak saling mencintai? "tanya Lio
" Kak Ezi sudah memilih aku, apakah itu bukan karena cinta, "kata Naya dengan nada bergetar
" Memilih bukan berarti mencintai. Kalau tidak percaya, tanya saja langsung sama orangnya. "Ujar Lio sambil menunjuk Ezi yang memang sudah berdiri di sampingnya.
" Kak Ezi pilih aku, atau Kak Lio? "tanya Naya dengan mata merahnya karena menahan tangisnya.