“Nara lu denger gue gak, Anjirrr?” Neysa sampai mendorong bahu hingga Inara hampir jatuh. “Setaaannnn!” teriaknya kesal, berefek pada semua orang di meja yang langsung diem. “Lanjut, Guys. Jangan terlena sama wajah kalem gue, aslinya ibliis kok.” Inara berucap santai di depan teman-teman Neysa. Sengaja diajak nongkrong supaya tidak banyak pikiran. Tapi yang Neysa lihat, Inara semakin saja wajahnya. Sulit dihubungi beberapa hari ke belakang pula. “Lu diem aja dari tadi, mending jalan-jalan yuk. Berdua aja?” “Kita gak diajak?” teman lainnya menimpali. “Si Inara mau gue ajak ke toko boneka, lu mau ikut, Nyet?” “Enggak juga sih, hehehe.” Focus lagi pada Inara. “Gimana kalau nanti malem klab malem aja? Gass? Lu kan udah bebas sekarang.” Jawaban Inara tetap gelengan kepala, mengaduk brown