“Gue gak suka.” Kalimat itu langsung Neysa katakan begitu sang pelayan keluar setelah meminta maaf berkali-kali. “Kalau mau marah mah ya marahin aja. Gak usah sebut gue sebagai calon istri lu. Jangan gitu.”
Aksara menaikan alisnya, marahnya Neysa malah tampak lucu dimatanya apalagi pipi yang memerah sampai telinga, yang dia anggap sebagai rasa malu. Padahal aslinya Neysa kesal, tidak boleh mempermainkan hati ‘kan? “Yaudah nanti gue bilangnya baginda ratu aja gimana? Calon penguasa hati gue soalnya.”
“Ck, dahlah itu kekacauan gimana?”
“Ya gak papa, duit gue kan banyak Ney, nanti diganti. Sini Raja sama Daddy dulu deh. Mommy kamu lagi mengontrol diri dari rasa salah tingkah.”
“Siapa yang salah tingkah?”
“Lah elu. Tau gue, salah tingkah gue panggil istri gue, padahal mah santai aja sih.”
