03 - MY WEDDING DRESS & GROOM

1766 Kata
MWDG.03 PRIA KEDUA Tiga tahun yang lalu... Rencana pernikahan tahun lalu pupus begitu saja karena perselingkuhan yang telah dilakukan oleh Hongli, calon suamiku yang telah menjadi kekasihku beberapa tahun lalu. Setelah kejadian waktu itu, aku tidak pernah lagi bertemu dengannya. Ia pernah mengirim pesan beberapa kali padaku untuk meminta maaf dan ingin melanjutkan acara pernikahan, namun aku menolaknya. Setelah itu aku tidak pernah lagi mendapatkan kabar darinya. Kabar yang aku dengar dari Tuan Jierui, kakakku Drex Chen pernah memintanya membereskan Hongli tanpa sepengetahuanku. Namun saat aku menanyakannya, kakakku itu tidak mengiyakan juga tidak membantah. Ia selalu bisa mengerjakan sesuatu dengan bersih hingga aku tidak menemukan jejaknya. Beberapa bulan lalu aku kembali dekat dengan seorang pria. Pria itu bernama Chen Fei, teman dekat dari kakak kedua ku Daniel Chen. Selain ia berteman dekat dengan kakakku Daniel Chen, aku juga berteman dekat dengannya. Kami sering bertemu saat ia datang ke mansion keluarga Chen bersama Daniel Chen. Seringnya bertemu membuat kami menjadi semakin dekat. Sikapnya yang baik dan perhatian membuatku bisa menerimanya meski pernah kecewa. Aku dan Chen Fei telah menjalin hubungan selama tiga bulan terakhir. Ia yang begitu serius menjalin hubungan denganku akhirnya memberanikan dirinya untuk langsung melamarku pada Daddy Damian Chen. Karena keluargaku telah mengenal Chen Fei begitu lama dan ia juga sahabat dari kakakku Daniel Chen, ia tidak perlu bersusah payah mendapatkan restu dari keluargaku. Dengan mudahnya ia mendapatkan restu dari keluargaku hingga akhirnya keluarga dari kedua belah pihak memutuskan bahwa bulan depan kami akan melangsungkan pernikahan. Karena tahun lalu aku gagal menikah, jadi aku tidak perlu lagi mendesain gaun pengantin yang baru. Aku akan memakai gaun itu di hari pernikahanku nanti. Dan sore ini aku bersama Chen Fei pergi bersama untuk menyiapkan beberapa keperluan nikah lainnya, seperti kartu undangan, souvenir, dan hal kecil lainnya. Kami berdua ingin acara pernikahan kami berjalan dengan lancar dan sempurna. “Sayang, apa kamu memyukai undangan yang berwarna ini?” aku bertanya pada Chen Fei yang duduk di sampingku saat kami tengah berada di kantor percetakan untuk memilih kartu undangan. Saat ini aku memilih sebuah kartu undangan berwarna maroon dengan kombinasi emas. Chen Fei menoleh pada contoh kartu undangan yang sedang aku pegang dan berbalik bertanya, “Terlihat bagus. Apa kamu menyukainya, Sayang?” “Ya, aku menyukainya. Kartu undangan ini terlihat sangat elegan.” “Oke. Kalau kamu menyukainya, aku juga akan menyukainya. Yang penting kamu senang.” Chen Fei menjawab sambil membelai rambutku. “Lalu bagaimana dengan souvenirnya?” Chen Fei kembali bertanya. “Aku akan meminta karyawanku membuatkan pin yang aku desain sebagai souvenir pernikahan kita.” “Apa kamu bisa membuat souvenir begitu banyak?” “Tentu saja bisa. Aku memiliki banyak karyawan di butikku.” Chen Fei tersenyum padaku, “Baiklah. Aku yakin kamu akan memberikan yang terbaik.” Setelah memilih kartu undangan yang kami sukai, kami pun memesannya sesuai jumlah tamu undangan yang akan kami undang di hari pernikahan kami. Kemudian kami berdua memilih untuk berjalan bersama menikmati suasana malam di Senado Square yang menjadi salah satu pusat keramaian di kota Macau ini. Saat kami berjalan bersama di Senado Square bersama, kami melewati keramaian sambil berjalan bergandengan tangan. Selama menjalin hubungan dengan Chen Fei, aku merasa sangat bahagia. Ia tidak pernah membuatku marah atau kesal. Dan ia selalu memperlakukan dengan baik dan memanjakanku. Aku berharap ia adalah pria yang dikirim Tuhan untuk mengobati luka dihatiku setahun yang lalu. “Sayang, kenapa kamu selalu menatapku seperti itu?” aku bertanya pada Chen Fei yang berjalan di sampingku sambil terus menatapku. Chen Fei tersenyum padaku dan menjawab, “Aku tidak pernah puas melihat wajahmu. Dan aku juga merasa bersyukur bisa memiliki wanita secantik dirimu.” “Apa kamu sedang menggodaku?” Chen Fei menggelengkan kepala, “Tidak. Aku mengatakan yang sebenarnya.” “Terima kasih, kamu telah mencintaiku.” “Hanya pria bodoh yang menyianyiakanmu, Sayang.” Chen Fei mengangkat tanganku yang ia genggam lalu mencium punggungnya. Seketika hatiku menghangat merasakan perlakuan lembutnya padaku. Kemudian ia menarik tanganku ke sebuah toko kue yang bernama Koi Kei Bakery. Sebuah nama toko kue yang menjual berbagai macam kue oleh-oleh khas Macau. Kami berdua berhenti di depan etalase khusus Portuguese egg tart. Kemudian ia berkata pada seorang pelayan toko kue tersebut, “Nona, aku pesan Portuguese egg tart ini setengah lusin.” “Sayang, kenapa kamu memesan egg tart ini setengah lusin?” Aku bertanya dengan wajah kebingungan. “Bukankah kamu sangat menyukai egg tart?” “Tapi kenapa kamu membeli begitu banyak?” “Tidak apa-apa. Aku hanya ingin membelikan apa yang kamu sukai. Kedepannya belum tentu aku bisa membelikanmu lagi.” “Tentu saja bisa. Kita akan lebih sering bertemu setelah ini.” Saat kami berdua tengah berbincang, pelayan toko kue itu memberikan bingkisan egg tart tersebut ke hadapan kami, “Tuan, ini egg tart pesanannya.” Dengan segera Chen Fei merogoh saku celananya memberikan membayar egg tart tersebut. “Ini uangnya Nona. Terima kasih.” “Terima kasih, Tuan.” Setelah membeli Portuguese Egg Tart tersebut, kami pun kambali berjalan bersama. Kami berjalan bersama menapaki jalanan Senado Square yang cukup panjang dan dipenuhi para pengunjung sambil berbincang-bincang. Kami berdua membicarakan hal-hal manis yang akan kami lakukan berdua setelah menikah nanti. Ia adalah pria manis yang pernah aku kenal. “Hari sudah malam. Aku akan antar kamu pulang.” Chen Fei berbicara sambil melirik arloji yang ada di pergelangan tangannya. “Baiklah.” “Sesampai di mansion nanti, istirahatlah yang cukup. Malam ini aku akan pergi bersama Daniel.” “Kamu akan pergi kemana?” aku bertanya dengan wajah kebingungan. Dengan wajah acuh tak acuh Chen Fei pun menjawab, “Ada sedikit pekerjaan.” “Apa sebenarnya pekerjaan kalian berdua? Kalian selalu pergi berdua untuk bekerja. Tapi aku tidak tahu apa pekerjaan kalian sebenarnya. Yang aku tahu kakakku Daniel suka bersenang-senang.” Chen Fei pun tersenyum padaku sambil membelai rambutku, “Sudahlah, jangan dipikirkan. Aku akan mengantarmu pulang. Jika kamu pulang lebih larut lagi, Tuan Muda Chen bisa membunuhku.” “Baiklah.” Aku tertawa menanggainya. **** Pagi harinya saat aku masih tertidur lelap, ponselku yang ada di meja samping tempat tidur terus berbunyi tanpa henti. Suara ponsel yang selalu berbunyi itu membangunkanky dari tidur lelapku. Dalam keadaan antara sadar dan tak sadar aku pun mengangkat panggilan masuk yang memekakkan telinga itu, “Hallo...” “Kai, apa kamu sudah bangun?” terdengar suara familiar dari seberang telepon. “Apa ini kamu Jes?” “Tentu saja aku. Kalau bukan siapa lagi?” “Ada apa kamu menghubungiku pagi-pagi begini?” “Sekarang cepat nyalakan TV mu. Ada berita tentang kakakmu dan calon suamimu.” Aku yang merasa penasaran pun menggerakan tubuhku yang terasa berat meraih remote TV yang ada di meja samping tempat tidur. Lalu aku menyalakannya untuk melihat berita yang sedang tersiar. Di layar TV aku melihat berita tentang kakakku dan Chen Fei. Dan aku pun merasa kaget melihat berita tersebut. Di layar televisi tersiar berita bertajuk “Pewaris Kedua Kerajaan Bisnis Chen Ditangkap Bersama Temannya Dalam Kasus Perdagangan Dunia Bawah.” Aku yang baru saja bangun tidur, terdiam terpaku melihat berita tersebut. Aku tidak menyangka hal itu akan terjadi karena beberapa jam yang lalu aku masih bertemu dengan Chen Fei. Hingga akhirnya suara Jessica He yang ada di seberang telepon membuyarkan lamunanku, “Kai... Apa kamu baik-baik saja? “Ya, a-aku baik-baik saja.” Aku menjawab dengan gugup. “Jes, teleponnya aku tutup dulu. Aku harus segera membersihkan diri sebelum pergi ke kantor polisi untuk bertemu dengan kakakku dan Chen Fei.” “Apa kamu ingin alu temani?” “Apa kamu benar-benar ingin menemaniku?” “Ya, aku akan menemanimu. Kita bertemu di kantor polisi.” “Baiklah.” Setelah mengakhiri panggilan tersebut, dengan segera aku bangun dan melangkah ke kamar mandi. Aku membersihkan diriku lebih cepat dari biasanya. Tanpa berdandan aku pergi keluar kamarku dengan tergesa-gesa. Baru saja sampai di lantai satu mansion, seorang maid menyapaku ramah, “Selamat pagi, Nona. Apa Nona ingin sarapan sekarang?” “Tidak, Bi. Aku harus ke kantor polisi sekarang.” Aku menoleh ke arah meja makan yang terlihat kosong di sudut ruangan. Dengan penasaran alu pun bertanya, “Bi, mana Daddy dan Bibi Xiao Ling?” “Pagi-pagi Tuan Besar Chen telah pergi ke kantor polis untuk mengurus Tuan Muda Kedua, Nona. Sedangkan Nyonya ada di kamarnya.” “Ya sudah, aku pergi dulu.” Aku menjawab sambil melangkah keluar mansion. Aku memasuki mobilku yang terparkir di halaman mansion. Lalu mengendarainya keluar kawasan mansion menuju kantor. polisi kota Macau. Sepanjang perjalanan hatiku terasa begitu gelisah. Saat aku telah sampai di kantor polisi, aku tidak melihat Jessica He dan Daddy Damian berada di kantor polisi tersebut. Mungkin saja Jessica He belum sampai, sedangkan Daddy Damian mungkin sedang sibuk mengurus kakakku ya g bari saja di tangkap pagi ini. Tanpa berpikir panjang aku memasuki kantor polisi tersebut dan menemui pihak polisi meminta agar bisa bertemu dengan kedua orang terdekatku itu. Namun setelah aku menemui polisi, aku tidak bisa bertemu dengan kakakku Daniel Chen yang sedang dalam ruangan pemeriksaan. Dan sang polisi hanya bisa memberi izin padaku untuk bertemu Chen Fei yang sedang menunggu giliran pemeriksaan. Kami berdua bertemu di ruangan khusus yang telah disediakan. “Kai, kenapa kamu datang kemari?” Chan Fei bertanya padaku dengan wajah datar. Sangat terlihat saat ini ia sedang berusaha menutupi bagaimana perasaannya saat ini. Spontan aku memeluk tubuh Chen Fei yang tengah berdiri di hadapanku. Dengan meneteskan air mata aku pun menjawab, “Aku ingin bertemu dengan mu Chen Fei.” Seketika tubuh Chen Fei menegang cukup lama setelah mendengar ucapanku. Hingga akhirnya ia berkata dengan suara rendah, “Kai, pernikahannya kita batalkan saja. Sepertinya kita tidak berjodoh.” Mendengar ucapa Chen Fei membuat hatiku serasa ditusuk benda tajam. Dengan berlinang air mata aku kembali berkata, “Aku akan menunggumu hingga keluar dari sel ini.” “Tidak, jangan tunggu aku. Lebih baik semuanya kita batalkan saja. Carilah pria yang jaih lebih baik dariku. Karena aku tidak pantas untukmu. Aku tidak tahu kapan aku akan keluar dari sel ini.” “Tapi Chen Fei...” “Dengarkan aku, Kai. Semuanya kita batalkan saja. Carilah pria lain karena kita tidak bisa bersama.” Chen Fei yang dari tadi berdiri menoleh pada polisi yang berdiri di sampingnya sembari berkata, “Pak, ayo kita masuk.” “Chen Fei...” Chen Fei terus berjalan kembali memasuki sel tanpa mempedulikanku. Sedangkan aku masih menangis sendirian menangisi nasibku. Ini untuk kedua kalinya aku gagal menikah dengan pria yang aku cintai. Hatiku terasa sangat sedih yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata setelah mengetahui kenyataan pahit ini. Ini adalah pria kedua yang akan menikahiku, namun aku kembali gagal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN