Hari ini adalah weekend, dan mereka bertiga memutuskan untuk jalan-jalan. Pasti orang-orang yang tidak mengenal mereka mengira kalau mereka adalah keluarga bahagia.
"Mau ituuuu!!!" Zee memekik excited dengan mata berbinar menunjuk penjual permen gula kapas.
"Siap Kapten!" Ujar Celine lalu menggandeng tangan gempal Zee yang tertawa riang itu.
Namun hanya sesaat.
Karena Dafa langsung menarik Zee pergi dari sana, tak ayal Celine dan Zee kompak mendelik.
"Pah mau ituuuu!!" Rengek Zee ngamuk.
Dafa justru menggendongnya pergi tanpa dosa, "kamu itu udah gemuk jangan makan yang manis-manis, mulai sekarang kamu harus makan makanan yang sehat!" Tegas Dafa bukannya apa, tapi untuk umur bocah 5 tahun ukuran tubuh anaknya ini sedikit 'kelebihan muatan'.
Zee langsung membuka bibir bulat-bulat, "ih Papah! Zee gak gemuk tau! Zee kan .. apa Mah?" Zee menoleh kearah Celine minta dukungan.
"Gemoy." Jawab Celine membuat Zee langsung manggut-manggut sok iya.
"Nah itu! Zee gemoy Pah!" Saking semangatnya bicara bocah itu sampai mengkis-mengkis sendiri.
Dafa menggeleng tak habis pikir, "udah jangan banyak alasan, Papah lakuin ini juga demi kamu, saat kamu dewasa pasti nanti paham."
Zee langsung mencebik sebal, ah menyebalkan sekali sih Papah nya ini. Padahal Zee itu sama sekali gak gendut loh, cuma kelebihan daging di bagian pipi, tangan, kaki, dan perut saja.
"Mas gak berlebihan?" Tanya Celine tak tega melihat Zee yang terlihat melas.
Dafa menghela napas pelan, "aku lakuin ini demi Zee, semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya."
Celine tak berkutik, dirinya yang masih gadis perawan ting-ting ini gak bisa melawan lelaki yang udah punya anak.
"Zee lihat itu!" Seruan tiba-tiba dari Celine membuat Zee dan Dafa mau tidak mau menoleh serentak, dan wajah muram Zee tadi seketika berubah cerah antusias saat melihat penjual balon berbentuk Spongebob, kartun kesukaannya.
"Waaah! Zee mau itu mau itu mau itu!!" Teriaknya kejer-kejer udah kayak cacing kepanasan yang tentu saja membuat Dafa yang sedang menggendongnya hampir oleng kaget.
Celine ikut tertawa kecil, mengambil alih tubuh Zee dan menggandengnya berlari riang menuju penjual tersebut.
Membuat Dafa yang melihatnya diam-diam terkekeh pelan, "kenapa mereka berdua mirip banget deh?" Gumamnya tak habis pikir.
***
"Seneng?"
"Banget!" Celine masih terlihat sangat senang, sekarang mereka bertiga dalam perjalanan pulang ke rumah. Mereka tadi bermain di dufan, kebun binatang, dan museum, sebenarnya opsi terakhir tidak masuk dalam list jalan-jalan mereka tapi seperti biasa Dafa selalu seenaknya sendiri merubah jadwal. Katanya sih biar wawasan Zee lebih luas, heleh!
"Zee tidur?" Tanya Dafa melirik anaknya yang terlelap di pangkuan Celine.
"Hm, jangan berisik." Peringat Celine sembari mengelus lembut kepala Zee, melihatnya membuat Dafa diam-diam menahan senyumannya. Ia tidak salah pilih perempuan untuk menjadi kekasihnya.
Sekitar 30 menitan mobil mereka akhirnya sampai di kediaman Dafa, namun mereka jadi mengernyit saat melihat dua mobil lain yang sudah terparkir rapi disana.
"Kayaknya ada tamu Mas." Celine berujar pelan yang diangguki Dafa, tanpa berlama-lama mereka masuk rumah dengan Dafa menggendong Zee yang sudah bobok anteng.
"Astaga kita tungguin sampe bangkotan ternyata kalian malah jalan-jalan." Celetuk Reno yang langsung mematikan rokoknya saat melihat kedatangan Dafa.
Dafa menghela napas panjang, ia kira siapa yang datang ternyata Reno dan Jeri, temannya.
"Cel tolong bukain pintunya."
Celine mengangguk, dengan sigap membukakan pintu karena memang ia yang membawa kuncinya. Begitu masuk Dafa langsung melenggang ke kamar Zee untuk menidurkan bocah itu di kasur, menyisakan Celine bertiga dengan Reno dan Jeri.
"Mas silakan duduk dulu, biar saya bikinin minum."
"Mbak saya request kopi dengan banyak gula ya, soalnya hidup saya pait banget." Pesan Reno yang langsung disoraki Jeri.
"Malah curcol!"
Celine tertawa geli, mengangguk sebelum pergi ke dapur, padahal ia dulu adalah gadis pemalas akud dengan gengsi selangit, tapi entah sejak kapan ia menjadi gadis sederhana begini.
"Ngapain kalian malem-malem kesini? Kalo mau hang out ke cafe sana!" Judes Dafa yang baru datang setelah menidurkan Zee.
Reno dan Jeri mencebik kompak, "dih pelit banget lo jadi orang, temen main malah diusir!" Dumel Reno menggerutu.
"Ya lo liat jam dong, tuh udah jam 10 malem, ganggu banget tau gak!" Sinis Dafa judes seperti biasa, lelaki ini memang King of Judes!
"Halah lo tadi juga habis jalan-jalan kan!" Reno mendengus, tak lama memicingkan mata sambil menunjuk wajah Dafa. "Eh jangan-jangan lo pacaran ya sama babysitter itu, ngaku lo!!" Tuduhnya membuat Dafa mendelik kaget, namun sebisa mungkin kembali memasang wajah datar.
"Udah diem!" Tegasnya karena sudah kepepet, tapi sungguh berhasil membuat Reno kicep. Membuat keheningan melanda beberapa detik setelahnya.
"Mas ini minumnya," Celine yang baru datang membuat Dafa makin ketar-ketir, apa gadis ini mendengar obrolannya tadi?
Jujur Dafa memang masih sulit go public untuk hubungannya ini karena ia punya banyak pertimbangan.
"Banyak gula, kan?" Tanya Reno diangguki Celine.
"Iya saya kasih banyak banget gulanya, soalnya hidup saya juga pait Mas." Celine menjelaskan dengan nada normal, tapi mampu membuat Dafa menelan ludah susah payah.
Shitt! Gadis ini pasti mendengar ucapannya tadi.
"Yaudah saya permisi ke belakang, kalau ada apa-apa panggil saya aja." Lalu Celine tanpa menunggu jawaban langsung pergi ke belakang, jujur Celine sangat kecewa saat Dafa tidak mengakui hubungan mereka, tapi sekali lagi ia harus ingat, kalau statusnya pasti memalukan untuk lelaki ini perkenalkan pada orang lain.
Drrrt ... Drrrt ...
Celine melenguh panjang melihat ID si penelepon, ia memang tidak memblokir nomor keluarganya karena itu sangat kurang ajar, tapi kalau terus-terusan ditelepon begini Celine lama-lama kesal juga.
"Ck!" Celine dengan kesal mengangkatnya, pertama kali setelah ia keluar dari rumah. "Ap--" Celine yang ingin mengomel langsung terhenti karena ucapan orang diseberang.
"Ayahmu sakit, kamu mau Ayahmu mati dulu baru mau pulang?"
Celine tertegun diam, Jordi memang sudah memberi tahu nya waktu itu, tapi ia sama sekali tidak percaya.
"Gak usah bohong, Ayah gak punya riwayat penyakit apapun juga masih segar bugar, memangnya bisa sakit apa?!"
"Kamu kira mikirin anak kurang ajar kayak kamu gak bikin penyakitan?!" Sarkas Ibunya membuat bibir Celine langsung terbungkam. "Pulang, sebentar aja gak papa trus lanjut minggat, setidaknya biarin Ayahmu itu tau Putrinya masih hidup." Ibu Celine memang bukan tipikal Ibu pada umumnya, bahkan Celine pernah mengira kalau Ibunya ini adalah Ibu Tiri di film-film karena gak pernah menyayangi dirinya.
"Tap--"
"Jangan sampe nyesel Ayahmu meninggal, pulang selagi ada waktu!"
TUT!
Kalau Ibunya sudah begini sepertinya penyakit Ayahnya benar-benar serius, karena setahunya Ibunya ini tidak pernah peduli apapun kecuali kucing peliharaannya. Iya, Celine kalah disayang daripada kucing ingusan itu.
"Cel."
Celine tersentak jantungan, menoleh kearah suara, terlihat Dafa yang baru datang menatapnya sendu. "Kamu pasti marah ya sama aku soal ucapan aku tadi."
"Mas ngapain disini? Mas temeni temen-temen Mas sana."
"Celine," Dafa menggenggam tangan gadis itu lembut, "aku gak bisa publish hubungan ini karena aku takut bahayain kamu."
Celine mengangkat sebelah alisnya mengejek, "Mas gak perlu cari alasan yang gak masuk akal, aku lebih paham kalau Mas bilang Mas malu kenalin aku sebagai pacar Mas. It's simple!"
"Aku nggak begitu Cel!" Dafa terlihat serius, "kalau orang tau hubungan kita yang paling dirugikan adalah kamu, banyak orang yang mengincar aku dan kamu yang hanya gadis biasa pasti akan paling menderita. Please pahami aku."
Celine menatap lekat manik mata Dafa, melihat apakah ada kebohongan dalam ucapan duda satu anak itu. Tapi benar-benar yang terlihat cuma kerlipan jujur yang serius membuat gadis itu menghela napas panjang.
Celine mengerjap, kaget karena Dafa tiba-tiba menangkup wajahnya. "Sekarang bukan waktu yang tepat untuk publish hubungan kita, tapi aku janji saat waktunya tepat aku akan umumin ke semua orang. I am promise ..." Ujar Dafa mengelus pipi Celine, sejujurnya Dafa memiliki banyak pertimbangan yang harus matang, bahkan ia belum yakin keluarganya akan menerima hubungan mereka.
Grep.
Gantian Dafa yang tersentak kaget, Celine yang tiba-tiba memeluknya menyandarkan wajahnya di d**a bidang lelaki itu. "Mas cinta kan sama aku?"
Dafa mengecup ujung kepala gadisnya lembut, "aku cinta banget sama kamu." Bahkan mungkin lelaki itu mulai terkena virus bucin.
Celine tersenyum tipis, terlihat senang, usaha kabur nya dari rumah tidak sia-sia, setidaknya ia bisa menemukan lelaki yang tepat untuk menjadi pendamping hidupnya. Tiba-tiba Celine kembali teringat pada telepon Ibunya tadi, apakah ia harus benar-benar menemui Ayahnya sekarang?
"Mas .. "
"Hm?" Gumam Dafa makin nyaman memeluk Celine, sesekali ia juga mengelus punggungnya.
Celine mendongak, membuat wajah mereka beradu. "Besok aku ijin pergi ya."
"Kemana?" Tanya Dafa langsung.
Celine tersenyum kaku, "tadi temen aku telepon, dia kaget karena aku kabur dari rumah, jadi aku buat janji ketemuan besok."
"Dimana? Cewek atau cowok? Aku anter!"
Wah .. sepertinya Celine sukses membuat lelaki cuek dan judes ini jadi posesif begini.
"Di cafe deket kok, eung .. cewek, aku bisa sendiri kan Mas besok juga harus ngantor."
Dafa menghela napas pelan, "yaudah, tapi aku suruh supir buat anter."
"Tap--"
"Gak ada penolakan!"
Ok fix, kalau udah begini Celine sudah tak bisa membantah lagi. Akhirnya Celine mengangguk saja, daripada gak selesai-selesai.
"Tapi ngomong-ngomong Mas," Celine mengurai pelukan mereka membuat Dafa sedikit kesal. "Temen-temen Mas--"
"Ah sial!" Dafa langsung berbalik dan melenggang cepat, "aku lupa dua cecunguk itu masih di ruang tamu." Geleng nya tak habis pikir.