17: Manis

1070 Kata
"Gimana? Kamu udah ketemu Riski? Kamu gak ngomong yang aneh-aneh kan?!" Todong Celine begitu Dafa sampai rumah. Dafa mengangguk sekenanya, "hm." Angguk nya ambigu. Celine jadi mendelik kecil, "jangan cuma ham hem doang, gimana tadiii??!" Gadis itu terlihat sangat jengkel. Dafa yang baru duduk langsung menyelonjorkan kakinya dan mengulet badan. "Udah," Celine tersenyum senang, "udah aku kasih tau soal hubungan kita." "Pak Dafaaaa!!!" Jerit Celine melotot lebar, Dafa dengan tanpa dosa justru mendongak menatap wajah Celine lempeng. "Kenapa?" Tanpa beban hidup lelaki itu bertanya santai. Celine menarik napas dalam-dalam takut akan menendang wajah tengil duda tampan ini, "kan tadi aku udah pesen jangan ngomong aneh-aneh sama Mas Riski." "Mas?" Nada suara Dafa langsung terdengar sangat tidak enak. "Kamu panggil aku Bapak tapi kamu malah panggil Riski Mas?" Tanya Dafa benar-benar menyudutkan Celine. "Y-ya ... kan beda konsepnya." Cicit Celine seperti anak yang lagi di sidang Bapaknya. Dafa memutar badan menghadap Celine sepenuhnya, bersedekap dengan wajah tanpa ekspresi. "Beda gimana? Ayo jelasin!" Titahnya dengan diktator seperti biasa. Celine meneguk ludah, nah kok malah dirinya yang kena marah? "Kan kamu Bos aku, sedangkan Riski bukan--" "Aku cuma Bos kamu?" Sergah Dafa makin bikin Celine mati kutu. "Y-ya .. bukan begitu, kan kita pacarannya juga baru-baru aja, kemarin-kemarin status kita masih Bos dan bawahan jadi aku juga harus panggil kamu dengan sopan, tapi kalau sama Riski dia kan bukan Bos aku jadi aku gak perlu manggil dia Mas." Celine jadi jelasin ngalor-ngidul saking ketar-ketirnya. Hening. Dafa cuma diam saja membuat Celine dengan ragu-ragu menatap mata lelaki itu. "Bapak mau aku panggil Mas?" Tanya Celine mencicit malu. Dafa terkesiap, menipiskan bibir. "Coba panggil." Titahnya masih sok pasang wajah datar. Celine menggaruk tengkuknya kikuk, dengan gaya malu-malu membuang muka. "Mas Dafa .. " lirihnya memelan. Ujung bibir Dafa langsung berkedut menyenangkan, "kamu ngomong apa?" Tanya Dafa sengaja. Celine menarik napas dalam-dalam. "Mas Dafa!" Dafa mengulum bibir, menutup mulut dengan punggung tangan. "Lucu banget." Kekehnya menggumam. Celine langsung menoleh dengan kernyitan, "apa?" Tanyanya karena cuma mendengar sayup-sayup. Dafa menggeleng, justru menarik tangannya membuat jantung Celine berdebar keras saat tubuhnya jatuh di pangkuan lelaki itu. Kedua tangan Dafa melingkar apik di pinggang Celine. "Modus!" Cibir Celine ditertawai Dafa. "Ya memang modus." Jawab Dafa tenang, membelai pinggang ramping Celine pelan. "Aku boleh tanya?" Celine mengangguk kaku karena tangan Dafa yang merayap kesana-kemari bikin panas dingin. Dafa menatap dalam manik mata Celine, "apa yang kamu suka dari aku?" Celine tersentak, mengerjap pelan, jujur agak kaget mendengar pertanyaan dadakan ini, apakah Dafa sedang mengujinya? "Gak ada." Dafa langsung melotot lebar, Celine yang berada di pangkuannya itu dengan berani justru melingkarkan tangan ke leher Dafa. "Kamu diktator, judes, jahat, galak, pemarah, apa yang bisa aku sukai dari kamu?" Dafa langsung menipiskan bibir dengan wajah lusuh, namun di mata Celine malah terlihat sangat menggemaskan melihat wajah ngambek lelaki ini. "Ngapain kita pacaran kalo gitu!" Dumel Dafa seraya melepaskan pelukannya di pinggang Celine, terlihat sekali kalau lelaki itu langsung badmood. "Nah kan baru juga aku bilang kamu sudah nampakin sifat asli kamu." Todong Celine memicingkan mata. Dafa seketika menatap tajam, "apa--" "Nah sekarang pasti mau marah-marah." Sergah Celine malah menjentikkan jari, membuat kepala Dafa makin berkepul. "Cel--" "Hahaha jangan ngamuk ah Mas, sabaaar." "Kamu kok nyebelin banget, sih?!" Decak Dafa beneran sebal. Celine justru mengangguk, "ya itu juga yang aku rasain selama ini." Ujarnya penuh arti. "Maksud kamu?" "Kamu dulu sering nyuruh-nyuruh aku seenak jidat, hina profesi aku, sampai hancurin perasaan aku. Sekarang kamu tau kan rasanya dibuat kesel? Tapi ini gak seberapa ketimbang rasa sakit ku." Dafa tanpa sadar menelan ludah susah payah, menatap Celine dengan sendu. "Cel--" "Aku nggak dendam sama kamu Mas, barusan aku cuma lupain unek-unek aku karena sekarang kita pacaran jadi aku harap gak ada yang perlu disembunyiin lagi." Celine menatap intens manik mata Dafa. "Mari lupakan masa lalu dan jalani masa depan." Lalu senyuman manis terbit di wajah cantik gadis itu. Yang Dafa rasakan sekarang adalah perasaan yang tidak dapat digambarkan saking rumitnya, ada rasa menyesal, malu, dan bahagia yang meledak menjadi satu. Celine seperti membolak-balikkan hati nya. "Kamu tadi tanya apa yang aku suka dari kamu kan?" Tanya Celine membuat Dafa mengerjap cepat, gadis itu tanpa diduga membelai wajahnya. "Aku jawab jujur sekarang, aku gak tau apa yang aku suka dari kamu, tapi yang jelas kamu adalah orang yang aku suka." Deg-deg-deg! Jantung Dafa seperti akan meledak dari tempatnya, ia menatap Celine serius. "Kamu gak masalah aku duda?" "Aku sudah tau sejak awal, kalau aku permasalahin pasti aku gak akan maju dari awal." Rasa emosional Dafa makin naik berkali lipat, jujur untuk seorang yang berstatus duda seperti dirinya hubungan seperti ini harusnya biasa saja, tapi Dafa kali ini sungguh sangat terpengaruh oleh gadis cantik di depannya ini. Bahkan sampai melepas kontrak bernilai puluhan milyaran demi Celine ia tidak merasa menyesal sedikitpun. Sebenarnya pelet apa yang sudah Celine beri kepada dirinya? "Mas kok diem aja, sih?!" Protes Celine mencebik, "bales apa kek, aku udah susun kata-kata romantis juga!" Memang Celine ya tetap Celine, gadis aneh bin ajaib. Dafa spontan tertawa singkat, "aku seneng banget sampai kehabisan kata-kata." Celine langsung belagak mendengus padahal mah hatinya sedang jedar-jeder. "Mas sendiri gimana?" Tanyanya tiba-tiba. Dafa jadi mengernyit, "gimana apanya?" Celine menundukkan kepala, "aku kan cuma baby sitter, bukan nya dulu Mas pernah bilang kalau kita gak mungkin ada dalam hubungan seperti ini." Jujur meskipun aslinya Celine adalah orang yang kaya raya tapi disini ia bukan siapa-siapa, ia ingin mendapatkan kekasih tulus bukan karena harta atau pernikahan bisnis seperti Jordi. Pluk. Pupil mata Celine bergetar, tanpa diduga Dafa sedang menjatuhkan wajah di bahunya. "Maaf .. " bisik lelaki itu serak. "Dulu aku memang sangat kurang ajar, tidak seharusnya aku melemparkan kata-kata sehina itu. Tolong maafin aku." Tangan lelaki itu terlihat makin erat memeluknya. Celine tertegun, jujur sangat terenyuh dengan tindakan lelaki ini sekarang. Dafa terlihat sangat menyesal, membuat Celine diam-diam menggigit bibirnya haru. "Udah kita lupain itu semua, sekarang lebih baik kita pikirin masa depan kita." Celine mengelus kepala Dafa, "aku cinta Mas." Dada Dafa bergemuruh hebat dengan darah berdesir naik. Pelan-pelan kepalanya yang tadi ditaruh di bahu Celine bergeser ke ceruk leher Celine dan di tenggelamkan disana. "Aku juga." Bisik lelaki itu melirih dengan suara baritone rendahnya. Kedua orang itu menikmati suasana menenangkan disana, sampai saat sesuatu yang besar melompat diantara keduanya membuat momen romantis mereka seketika hancur lebur. "Zee juga ikut pangku-pangkuan yeay!!" Seru Zee antusias dengan wajah polosnya. Membuat Celine dan Dafa hanya bisa tersenyum kaku dengan ngenes.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN