16: Pacaran

1279 Kata
"Ini?" Celine menatap Dafa mengernyit. Lelaki itu berjalan masuk lebih dulu, duduk di atas ranjang dengan tenang. "Kamar baru kamu." Ujarnya dengan pembawaan tenang. Celine jelas kaget, dari kamar sempit sederhana langsung berubah menjadi kamar mewah, dampak hubungan ini lebih besar daripada perkiraannya. "Sini." Dafa merenggangkan kedua tangannya meminta gadis di depannya masuk ke dekapanya, dengan gaya sok jaim Celine perlahan masuk ke pelukan Dafa malu-malu. Dafa diam-diam tersenyum, mengelus ujung kepala Celine. "Mulai sekarang kalau kamu butuh apa-apa langsung kasih tau aku." "Emang bakal dikasih?" Tanya Celine mendongak menatap Dafa polos. Lelaki itu menoel ujung hidungnya pelan, "asal gak matre-matre amat bakal aku turutin." Balasnya dengan kekehan, Celine langsung tertawa geli mendengarnya. "Yaudah aku mau minta sesuatu kalau gitu!" Putusnya mengurai pelukan. Dafa sedikit memiringkan kepalanya menunggu. "Aku mau minta ... " Celine memasang wajah mencurigakan. "Kamu! Sekarang kamu udah jadi milik aku." Tawanya meledak saat melihat Dafa yang kaget karena tiba-tiba di dekap rapat. Lelaki itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi sumringahnya, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Celine. "Dasar!" Cibir lelaki itu padahal sebenarnya sangat bahagia. "Hak cipta kamu udah jadi milikku ya Pak, jadi jangan macem-macem." Peringat Celine. Dafa menyipitkan mata dengan pipi bersemu samar. "Yaudah aku minta satu macem aja kalau begitu." "Apa--mpph?!" Bola mata Celine membulat sempurna, benda lembut dingin yang mengecap bibirnya membuat jantungnya berdebar hebat. Tangan Dafa naik melingkari pinggang ramping Celine, dan cukup satu hentakan posisi Celine langsung berubah di bawah kuasanya. Tangan Dafa merayap perlahan, menggenggam jemari Celine dan membawanya ke samping kepala. Bibirnya masih terus bermain di bibir gadisnya. "Mphh .. P-pak," Celine malah keenakan melingkarkan tangannya ke leher Dafa, keduanya benar-benar tenggelam dalam perasaan asmara yang menggelora. Brak! "Papah Mama--...h." Boneka beruang di tangan bocah gembul itu jatuh, kedua matanya yang polos berkedip-kedip dengan bibir melongo. Celine langsung mendorong Dafa sampai lelaki itu hampir terguling dari atas kasur, dua orang itu megap-megap terlihat begitu panik. "Papah kok jahat! Papah ngapain nindihin badan Mamah?!!" Omel bocah itu tiba-tiba berlari memeluk Celine, untung posisi pintu membelakangi Dafa jadi Zee cuma melihat punggungnya saja, dengan tajam Zee menatap Dafa. "Zee bakal jagain Mamah!" Tunjuk nya dengan serius. Tak ayal Dafa dan Celine langsung menggigit bibir sambil membuang muka takut akan tertawa meledak. "Zee jangan salah paham, tadi badan Mamah capek jadi Papah pijitin." Jelas Dafa jelas sekali ngibulnya. "Oooh~" Dengan lugu Zee malah percaya-percaya saja. Lagian bocah umur 5 tahun paham apa? "Kamu jam segini kok bangun?" Tanya Celine mengelus surai lembut Zee. Zee dengan nyaman bersandar di d**a Celine membuat Dafa reflek mendelik, lumayan iri, "tadi Zee haus jadi Zee ambil minum, trus Zee dengar suara Papah sama Mamah di kamar ini yaudah Zee kesini. Papah sama Mamah tidur bareng kok gak ajak-ajak Zee?!" Protesnya ngambek. Celine seketika melotot kaget. "E-eh, nggak! Papah sama Mamah gak tidur bareng kok!" Bantah nya buru-buru. Zee malah dengan santai berbaring diatas kasur, kedua tangan dan kaki pendeknya direnggangkan membuat penampakan bocah itu jadi mirip bintang laut. "Zee mau tidur sama Mamah Papah!" Putusnya. Celine mendelik kaget, "nggak--" "Aduh anak Papah mau tidur bareng, yaudah ayo!" Dafa ikut berbaring disebelah Zee tanpa dosa. Celine makin megap-megap di posisinya, ekspresi tak santai nya dibalas Dafa dengan senyuman miring. "Mamah juga cepet tidur!" Titah Zee yang kelihatan mulai ngantuk lagi. "Nah, suruh Mamahmu cepet tidur." Dukung Dafa gak ada beres nya emang. "Mah!" Zee mendelik-delik. Celine menarik napas dalam, mengurut dadanya mencoba sabar, akhirnya karena kalah gadis itu menurut untuk ikut merebahkan diri disebelah Zee. Sekarang posisi Zee diapit Dafa dan Celine. "Peluuuk." Rengek bocah itu. Dafa dan Celine kompak tersenyum dan memeluk bocah itu membuat jarak wajah mereka kian menipis. Cup. Celine melotot tajam, Dafa yang berhasil mengecup kening Celine justru menyengir senang. "Pak--" "Ssst nanti Zee bangun." Bisik Dafa membuat Celine tak bisa berkutik. Akhirnya malam itu ketiganya terlelap dalam ranjang yang sama. *** "Kamu mau kemana?" Tanya Dafa melihat Celine yang sudah rapi pagi-pagi. Celine yang sedang menguncir rambut menoleh spontan, "aku mau ke apartemen riski dulu ya." Ijinnya. "Ngapain?!" Dafa langsung siaga satu, memasang tampang garang dan tidak enak. Celine menghela napas, berjalan mendekat. "Kemarin Riski bilang mau bawain baju buat aku tapi dia belum tau aku udah balik kesini, jadi aku harus jelasin langsung." "Kan bisa lewat HP, biar aku telepon." Dafa bersiap mengambil HP tapi Celine keburu menahannya. Gadis itu menatap Dafa dengan kerlipan kecil. "Aku sungkan Pak, kemarin Riski bantuin aku bahkan sampe rela pulang ke rumah orang tuanya. Jadi setidaknya aku harus temuin dia langsung untuk jelasin." "Ck!" Dafa membuang muka, terlihat jelas sangat jengkel. "Pak--" "Dari kemarin manggilnya Pak mulu! Aku pacar kamu loh Cel bukan Bapak kamu!" Nah kan kumat sifat rese nya kalau lagi gondok. Celine dengan sangat sabar tetap tersenyum, menggapai jemari Dafa dan menggenggamnya lembut. "Mas ngertiin aku ya." Bujuknya pake rayuan maut level 100. Tidak lupa tatapan puppy eyes dipasang biar lebih meyakinkan. Dafa langsung pura-pura berdehem kecil untuk menutupi rasa malu-malu nya karena dipanggil Mas, "gak boleh!" Hampir saja ia terkena bujuk rayu gadis ini, pokoknya ia masih tak rela membiarkan Celine menemui Riski. Celine terlihat mulai kesal, tapi karena tak mau menambah masalah gadis itu memilih duduk diam. Keadaan jadi berubah senyap karena tidak ada yang membuka suara. Dafa yang tadi membuang muka diam-diam melirik Celine karena tidak ada suara, wajah datar gadis itu membuatnya meringis samar, Celine sepertinya marah, tapi ia tetap tidak rela membiarkan gadis ini menemui Riski, ia takut lelaki itu mengakali Celine supaya mau meninggalkannya. Pemikiran Dafa terlampau jauh. "Yaudah biar aku aja yang temuin Riski." Ucapnya dengan gaya stay cool. Celine tersentak, mengangkat wajah. "Nanti Mas--" "Janji gak bakal aneh-aneh!" Potong Dafa terlihat meyakinkan. Celine yang melihat kesungguhan Dafa akhirnya menghela napas, pasrah. "Yaudah, tapi janji jangan bilang yang aneh-aneh!" "Iya janji." Tapi lihat keadaan nanti deh, batinnya memang kurang ajar. "Yaudah kalau gitu cepet berangkat." Titah Celine mendorong punggung Dafa. Lelaki itu menyurutkan bibirnya. "Gak ada morning kiss?" "Gak!" Sembur Celine. Membuat lelaki itu mendengus jengkel. *** Lelaki gondrong yang awalnya berjalan dengan senyuman hangat itu langsung berubah datar saat melihat Dafa yang sedang berdiri menunggu di depan apartemennya. "Daf." Panggil Riski membuat Dafa yang awalnya menunduk melihat HP seketika mendongak. Dafa menatap Riski dengan tatapan tak kalah datar. "Celine udah gue bawa pulang." Jelas Dafa to the point. Bola mata Riski terlihat membesar sesaat, tapi tak lama lelaki berkemeja flanel itu tersenyum, mengangguk kecil. "Syukur kalau gitu." Dafa menatap kesal Riski, terlihat jelas kalau lelaki itu cuma berpura-pura senang. "Ki gue harap untuk kedepannya lo gak usah terlalu ikut campur hubungan gue dan Celine." Riski mengerjap, menatap tak terbaca kearah Dafa. "Kalau gue gak mau?" "Berarti lo nantangin gue." Keduanya jadi saling bertatapan dengan tajam, Riski akhirnya memotong tatapan mereka, "bukannya lo udah punya pacar, tolong jangan permainin hati Celine. Perempuan itu terlalu polos." Dafa menghembuskan napas cepat menimbulkan suara dengusan tak habis pikir. "Gue gak pacaran sama Ani, dan masalah gue sama Celine gue harap lo gak usah ikut campur lagi." Dafa maju beberapa langkah, menunduk menyejajarkan bibirnya dengan telinga Riski. "Karena gue sekarang udah pacaran sama Celine." Bisiknya penuh penekanan. Deg! Riski tercengang, dadanya naik turun dengan pupil mata bergetar. Dafa mundur kembali, sebenarnya hubungan ia dan Riski sangat baik tapi masalah percintaan ia tidak bisa mengalah. Melihat Riski yang tertegun diam ia memilih beranjak pergi dari sana. Tapi tanpa diduga Riski mencekal pergelangan tangannya. Dafa langsung menatap tajam Riski, apakah Riski mau menantangnya? Ia tidak takut! Riski menatap Dafa tak terbaca, perlahan mengulurkan sebelah tangannya yang meneteng paper bag sejak tadi. "Tolong kasih ke Celine." Pintanya karena kemarin sudah berjanji memberikan baju pada Celine. Dafa mendorong tangan Riski. "Gak perlu." Tolaknya sebelum pergi begitu saja. Meninggalkan Riski yang terdiam di tempat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN