Seorang wanita paruh baya, yang terlihat sangat cantik, dengan gamis modern melekat di tubuhnya, tengah berdiri di balik pintu ruang santai lantai dua, sembari memandang putra semata wayangnya yang sedang berbicara serius, dengan seorang gadis di balkon sana.
Tanpa sadar, setetes air yang sejak tadi tertahan di pelupuk mata, akhirnya berjatuhan di atas wajah, ketika mendengar sederet kalimat pernyataan cinta, yang baru saja dikatakan oleh putranya pada gadis itu.
Entah kenapa, rasa sakit dalam hatinya begitu saja menyeruak, melihat pengorbanan dan usaha Rio, demi mendapatkan hati gadis yang dicintainya, membuat Naya kembali teringat, bagaimana hancurnya perasaan putra semata wayangnya itu, ketika kehilangan Kiran. Tak ada lagi semangat dalam hidupnya, tak ada lagi cahaya dalam keseharia
