PLAK
Suara tamparan menghiasi  suasana tegang diantara Janice dan Alvian. Jane-panggilan wanita yang  tengah menangis itu sedang menahan perih rasa sakit pipinya yang memerah  dan rasa sakit hatinya.
"Vian... Kamu salah  paham. Alex adalah partner bisnis perusahaan kita. Aku hanya mengirimkan  berkas yang kurang padanya." ucap Jane berharap suaminya itu tidak  salah paham lagi.
"DIAM!!! Jika tidak ada perselingkuhan, kenapa kamu memberikan berkas itu di hotel bersamanya?" teriak Vian geram. 
"Dia sedang mengunjungi temannya yang menginap disana. Aku tidak ke hotel bersamanya. Aku hanya di depan lobby itu. Percayalah. Aku tidak mengkhianatimu." ucap Jane lirih dan menahan isakan tangisnya.
"Kau ternyata seorang  jalang! Kau ternyata seperti yang Ibuku dan Kakakku bilang selama ini.  Menikahimu yang dari kalangan bawah hanya membuatmu gila harta! Kau  mencintaiku karena hartaku, kan?"
"Vian! Jangan mengada-ada! Aku mencintaimu tanpa tahu kau adalah anak atasanku sendiri."
"Pembohong! Kau wanita yang munafik! Kau seolah polos dan baik. Kau lebih busuk dari jalang!"
"Lalu kau mau aku harus  bagaimana? Aku sudah menjelaskan semuanya. Aku tidak akan minta maaf  untuk kesalahan yang tidak kulakukan!" tensi emosi Jane naik karena  hinaan suaminya sendiri. Dia sungguh terkejut mengetahui penilaian  keluarga Vian selama ini terhadap pernikahan ini. 
Sama seperti yang ditakutkan Jane selama ini.
"Aku mau kita bercerai!  Aku tidak sudi bersama dengan wanita yang sudah disentuh pria lain!"  ucap Vian dengan penuh emosi. Sejujurnya, Vian juga terkejut dirinya  bisa melontarkan kata cerai dengan semudah itu. Tapi ego laki-lakinya  tidak ingin disalahkan, dia tetap melanjutkan  emosinya.
Bagaikan petir di siang  bolong, ucapan suaminya sendiri saat itu menghancurkan hati Jane. Dia  merasa sakit dan marah. Kini kilat petir itu beralih pada mata Jane.  Dengan penuh keberanian dan kekecewaan, Jane nekat menantang Vian.
"Ceraikan aku sekarang  juga! Kita lihat siapa yang akan menangisi hari ini dengan seribu  penyesalan." tantang Jane dengan air mata pesakitan.
Tanpa ada kata-kata lagi, Jane pergi ke kamar dan mengemasi barang-barangnya. Vian tampak shock melihat Jane yang berani bertindak seperti ini.
"Ohh, jadi ini yang kamu  inginkan. Terbebas dariku agar bisa bersama dengan Alex. Bagus. Selamat  jalang!" Vian bertepuk tangan dengan wajah sinis.
Jane memilih bungkam. Sekilas dia menyentuh perutnya yang rata dengan menahan tangisnya.
Jane merahasiakan buah  cinta yang sedang dikandungnya. Dia tidak ingin merasakan sakit dan  penghinaan yang lebih dari mulut Vian. 
Blam.
Jane pun menutup pintu rumah pesakitan itu dan Jane juga tidak akan melupakan air matanya yang tumpah saat ini.
Selamanya.