"Jane, jawab aku jujur! Kenapa kamu sembunyikan anak ini dari aku?"
Jane sangat merasa muak mendengar pertanyaan Vian. Mantan suaminya ini memang manusia paling b******k yang dikenalnya. Bisa-bisanya dulu Jane mencintai Vian.
"Siapa bilang ini anak kamu? Aku bilang ini anak haramku!" ketus Jane yang berusaha pergi dari tempat itu. Ugh! Rasa sakit hatinya muncul kembali disaat dia hampir melupakannya.
"Jelas-jelas itu anakku! Kemiripannya denganku tidak diragukan. Jane, kenapa kamu sembunyikan anak ini?" hadang Vian agar Jane tidak pergi dulu. Jane masih menggendong Leo dengan erat.
Leo menangkap sosok yang dikenalnya. Leo langsung melonjak-lonjak senang dan gerakan Leo membuat Jane penasaran.
"Kenapa?" tanya Jane lembut.
"Itu, Ma. Om ganteng datang. Kirain Om ganteng gak jemput Leo." tunjuk Leo ke arah Raffael yang melangkah cepat menuju mereka.
Om ganteng? Apa Jane sudah menikah lagi? batin Vian penasaran.
"Om ganteng!!! Gendong!" Raffael yang baru saja tiba di samping mereka langsung mengambil Leo untuk digendongnya. Raffael melihat Vian dan penasaran apa yang terjadi disini melihat suasana diantara Vian dan Jane tidak ramah.
Siapa pria asing ini? Kini batin Raffael yang penasaran melihat Vian.
"Raff, kamu bawa Leo ke mobil saja. Nanti aku menyusul."
Raffael seolah paham dengan situasi dihadapannya, dia membawa Leo pergi bersamanya.
"Tunggu dulu. Mau dibawa kemana anakku?" tanya Vian sedih karena belum puas melihat Leo
"Anakmu? Yang benar saja. Dia bukan anakmu. Jangan pernah kau berusaha mendekati Leo." Jane merasa sangat marah. Anaknya? Berani-beraninya si Vian mengatakan itu anaknya.
"Jane, kenapa kamu sembunyikan anakku?"
"Anakmu? Vian, apakah kau lupa apa yang kau tuduhkan kepadaku? Aku ini jalang yang selingkuh dengan partner bisnismu kan? Apakah disaat itu kalau aku mengatakan aku hamil, kau akan percaya padaku? Kau akan percaya itu ANAKMU?" bentak Jane.
Vian ingat. Sangat ingat hari itu. Vian percaya itu anaknya karena kenyataannya Jane tidak pernah mengkhianatinya. Tuduhan Vian pada Jane memang palsu karena Vian tidak ingin dimarahi oleh Ayahnya jika dia yang meminta cerai karena dia ingin bersama wanita lain! Vian membuat tuduhan palsu pada istrinya sendiri saat itu agar dia terlihat bersih saat bercerai.
Vian manusia paling laknat didunia ini.
"Aku percaya..." lirih Vian.
"Percaya? Karena kamu tahu itu adalah sandiwara yang kau buat? Oh, apa sekarang kau sudah ditinggalkan kekasih rahasiamu?" Jane semakin menggalak. Kebencian sangat terlihat dimata wanita itu.
"Kekasih?"
Vian menoleh ke belakang mendapati ibunya mendengar pembicaraan Vian dan Jane. Ibunya bingung dengan ucapan Jane. Yang ibunya Vian tahu, Jane selingkuh dengan Alex. Itulah yang diceritakan anaknya, Vian.
"Mama?! Ma, lebih baik menjauh dulu. Ini urasanku dan Jane. Mama tidak perlu ikut campur."
"Diam kamu, Vian. Mama berhak tahu kenapa cucu Mama terlahir jauh dari kita. Mama sangat yakin itu anak kamu. Kenapa kita tidak pernah tahu Leo itu ada di dunia ini? Apa alasan Jane merahasiakan kehamilannya? Jane, ceritakan sama Mama apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian." mohon Mamanya Vian yang langsung disambut tawa sinis dari Jane.
"Hah~ Sekarang Mama juga memohon padaku? Mama lupa pernah membenciku dimasa lalu? Aku ini juga buka menantumu lagi, Ma. Itu bukan cucu Mama. Sudah kujelaskan semuanya dan lebih baik kalian tidak usah bertanya lagi tentang Leo."
"Leo berhak tahu siapa Ayah kandungnya." ucap Vian tegas.
Tawa sinis hadir lagi diwajah Jane, " Tapi Leo gak pantas punya Ayah seperti kamu."
.
.
.
.
.
"Sekarang jelaskan pada Mama dan Papa apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Jane! Bagaimana bisa aku tidak tahu kalau aku punya cucu yang sudah sebesar itu! Ya Tuhan, kau memang manusia b******k!" Ayah Vian sangat jengkel mengetahui semua kejadian yang terjadi hari ini. Ibunya Jane mengatakan semuanya. Hampir saja sang Ayah terkena serangan jantung mengetahui Jane memiliki seorang anak dan anak itu adalah anak Vian!
"Pa, tenang dulu..." Lotta berusaha menenangkan Ayahnya yang sangat emosi.
"Vian minta maaf." Vian tertunduk sedih.
"Tidak ada gunanya meminta maaf padaku! Kau seharusnya meminta maaf pada Jane dan anak yang sudah kau telantarkan. Gila! Dosa apa hamba hingga Tuhan memberikan anak seperti kamu ke dalam pernikahanku?" geram Ayahnya Vian yang sudah mengepalkan tangannya.
"Pa! Jangan bicara seperti itu! Bagaimana pun juga, aku yang melahirkan Vian!" sang Ibu merasa sakit hati dengan ucapan suaminya.
Vian merasa sangat bersalah dengan situasinya saat ini.
"Kau juga sama, Liz. Kau terus memojokkan Jane saat dia masih menjadi istri Vian. Lotta juga. Kalian semua sama saja! Aku menjodohkan Vian dan Jane karena aku tahu Jane adalah gadis baik-baik yang disayang oleh keluarganya. Dia pasti bisa menjadi istri yang membangun diri Vian menjadi lebih baik. Tapi kalian semua hanya terpaku karena harta!"
BRAK!
Sang kepala keluarga meninggalkan ruangan kerjanya. Pintu yang terbanting itu menambah pecah tangis Ibunya Vian.
"Vian minta maaf dan mohon ampun. Vian yang salah." Vian tertunduk lemas mendengar ibunya menangis.
"Kamu memang kejam. Vian, kenapa kamu berbuat begitu? Kamu membuat tuduhan palsu pada Jane hanya untuk bercerai? Lebih baik dari awal kamu menolak perjodohan itu." isak Mamanya dengan lemah.
"Ma, kita juga salah. Kita waktu itu menganggap Jane hanya menginginkan harta kita. Kenyataannya, Jane pergi jauh dari kita semua tanpa membawa apapun." ucap Lotta yang menambah rasa bersalah di hati Ibunya Vian dan juga sang tersangka utama-Vian sendiri.
" Saya ingin mengembalikan ini, Pak Gun." ucap Jane menyerahkan sebuah map dan buku rekening pada Guntoro, asisten Vian yang membantu mengurus perceraian.
"Loh, Ini hak ibu. Rumah saat pernikahan Ibu dan Pak Vian diberikan pada Ibu. Uang ini juga harta selama pernikahan kalian. Saya tidak bisa menerimanya." Pak Gun menolak menerima berkas itu. Jane meletakkan diatas meja dan meninggalkan Pak Gun diruangannya.
"Ibu... Mohon ini dibawa." Pak Gun menyerahkan berkas-berkas namun ditolak oleh Jane.
"Buang saja kalau begitu. Saya tidak sudi menerima itu semua. Saya masih punya harga diri." Jane bergegas pergi dengan luka hatinya.
Tanpa Jane tahu, Vian melihat kejadian itu dari balik tembok pembatas. Vian tersenyum senang melihat Jane pergi dari dirinya.
Saat itu.
Sekilas ingatan itu datang ke dalam pikiran Vian dan dia sadar bahwa Jane memang tidak menginginkan apapun dari dirinya. Bahkan diawal pertemuan mereka, Jane sama sekali tidak tahu siapa Vian yang sesungguhnya.
Setelah menyerahkan berkas harta gono-gini, keberadaan Jane menghilang bagaikan ditelan bumi. Kedua orangtuanya juga menjual rumah pribadi mereka dan keberadaannya tidak diketahui. Mudah bagi Vian jika dia ingin mencari Jane, tapi buat apa? Vian tidak menginginkan Jane saat itu.
Leo, melihat malaikat kecil yang mirip dengannya itu... Membuat Vian ingin merengkuh Jane kembali dalam pelukannya.
.
.
.
.
.
Jane pusing memikirkan kejadian tadi, hal itu membuat Raffael cemas saat dia hendak pulang.
"Kamu gak apa?" tanya Raffael lembut.
"Takut. Aku takut, Raff! Aku gak mau Leo dibawa pergi oleh Vian! Mereka tidak punya hak atas Leo!" Jane menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mengerang frustasi.
"Jane... Boleh aku bantu kamu? Aku tahu ini masalah kamu sendiri dan aku tidak berhak ikut campur. Tapi, aku kasihan sama Leo yang tidak paham semua ini."
"Bagaimana Raff?"
"Kamu bisa tinggal sama Mamaku dan aku. Kau kan tahu Mama senang banget sama Leo. Mama pasti mau bantuin kamu. Jika mereka datang kesini dan kamu hanya sendirian, aku gak tenang..."
Jane berpikir sejenak, mencerna bantuan Raffael. Ah-tidak ada waktu untuk memikirkan pandangan orang lain. Saat ini prioritas utamanya adalah membawa Leo jauh dari jangkaun Vian dan keluarganya.
Insting keibuannya mengatakan Leo akan hilang dari hadapannya saat melihat Vian lagi.
"Aku mau Raff. Kamu telepon Mamamu dulu. Biar aku siapkan kebutuhan Leo dulu."
Raffael lega mendengar jawaban Jane atas penawarannya. Mamanya juga menyambut telepon Raffael dengan baik. Raffael membantu Jane berkemas sedikit barang untuk keperluannya.
Ya-Raffael juga tidak mau kehilangan Jane untuk kedua kalinya, seperti dulu.
Raffael akan berjuang demi cintanya yang kini terluka dan kalut saat ini.