Mark berjalan perlahan keluar dari kafe, menunggu Giana yang masih sibuk menata tasnya. Tatapan matanya tidak lagi santai seperti tadi—ada sesuatu yang berubah. Sekilas, Giana tidak menyadarinya. Tapi sebenarnya Mark sudah memperhatikan sejak mereka duduk di kafe tadi, bagaimana dua pria di mobil hitam itu terus memantau arah mereka. Tidak sulit bagi Mark untuk menangkap gerak-gerik yang terlalu berhati-hati. Ia memang terbiasa membaca situasi seperti ini. “Sudah selesai?” tanya Mark lembut. Giana mengangguk pelan. “Ya. Kita mau ke mana lagi?” Mark tersenyum kecil, pandangannya masih lurus ke arah jalanan. “Kita jalan ke dermaga. Tapi sebelumnya, aku mau mampir ke suatu tempat dulu.” Giana menatapnya dengan sedikit curiga. “Tempat apa lagi?” “Kau akan tahu nanti,” jawab Mark datar sam
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari


