Pagi di Malibu terasa begitu tenang. Cahaya matahari menembus tirai putih tipis yang menutupi jendela besar rumah Mark, membuat ruangan itu tampak hangat dan terang. Suara debur ombak terdengar samar dari kejauhan, berpadu dengan aroma kopi yang baru diseduh oleh Mark di dapur. Di lantai atas, Giana berdiri di depan cermin panjang, mengenakan dress hitam sederhana yang panjangnya selutut. Rambutnya dibiarkan terurai, bergelombang lembut, dan wajahnya tampak polos tanpa riasan. Dia memandangi pantulan dirinya di cermin cukup lama, sebelum menarik napas berat. “Untuk apa aku berdandan? Aku bahkan tidak tahu mau dibawa ke mana lagi oleh orang gila itu,” gumamnya pelan. Ketika Giana turun ke lantai bawah, Mark sudah menunggunya di ruang tamu dengan kemeja putih dan celana panjang abu-abu. Le

