Kasino itu berdiri megah dengan cahaya lampu-lampu yang berkilau seperti bintang di tengah malam. Dindingnya dipenuhi cermin dan kristal yang memantulkan sinar ke segala arah. Suara dentingan chip, tawa para pemain, dan musik lembut dari live band membuat suasana malam di sana terasa begitu hidup. Giana berdiri di samping Mark dengan tatapan datar, menatap keramaian itu tanpa minat sedikit pun. Mark, dengan jas hitam dan rambut disisir rapi, berjalan angkuh ke arah meja roulette. Dia menarik kursi, duduk, dan melemparkan pandangan sekilas ke arah Giana yang berdiri tidak jauh di belakangnya. “Duduklah di sini,” ucapnya datar sambil menunjuk kursi kosong di sampingnya. Giana menggeleng pelan. “Aku tidak suka tempat seperti ini.” Mark tersenyum miring. “Aku tidak peduli kau suka atau tid

